PERUMPAMAAN SEORANG MUKMIN - PEMUDA PERSIS KAB. SUMEDANG

Breaking

Post Top Ad

Kami pemuda pembela agama Pembangkit umat yang utama Bertabligh memikat hati yang suci Berdalilkan Qur’an dan Hadis Di-tanam iman disebar amal Memimpin jiwa dan akhlaqnya Membasmi bid’ah agama Berjihad, berdakwah, beruswah)* Bersatulah bersatulah bersatulah bersatulah Hai muslimin Siapa yang menentang Islam Musnahlah dalil dan hujahnyaWeb PEMUDA PERSIS SUMEDANG

Post Top Ad

Mangga bade Iklan palih dieu

Sabtu, 25 Agustus 2018

PERUMPAMAAN SEORANG MUKMIN



Oleh: M. Nurachman
(Penasihat PC. Pemuda Persatuan Islam Sumedang Selatan).

Jeje Zainudin mengungkapkan, “Bahwa Rosulullah merupakan seorang da’i dan pendidik yang sangat kaya dengan metode mengajar. Diantara metode beliau dalam mengajar adalah adalah: Metode keteladanan dan praktek, metode dengan pembiasaan, metode dengan ceramah dan tausiah, metode dengan cerita dan kisah masa lampau, metode dengan perumpamaan, metode dengan memberi penghargaan, dan metode dengan memberi peringatandan hukuman”.(Fiqih Dakwah Jam’iyyah Hal. 50-51).
Dalam al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala merumpamakan seorang mukmin dengan sebuah pohon yang mempunyai spesifikasi berupa akarnya kuat menghujam ke dalam tanah, cabangnya menjulang ke langit, dan memberikan buah tanpa mengenal musim.
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٖ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٖ ٢٦
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”. Q.S. Ibrahim (14) : 24-26.
Pohon yang dimaksud dalam ayat di atas adalah pohon kurma. Setidaknya ada 3 hadits dalam kitab Bukhari yang menerangkan akan hal itu, diantaranya:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ
“Dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?" Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: "Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Pohon kurma". H.R. Bukhari.
Masih dalam kitab Bukhori bahwa Ibnu ‘Umar enggan menjawab pertanyaan Nabi dikarenakan usia Ibnu ‘Umar pada saat menghadiri majlis ilmu tersebut paling muda dan beliau menghargai para sahabat yang lain yang usianya lebih tua daripada beliau.
Sebelum ayat ke 24-26 diatas, ayat sebelumnya telah memberi perumpamaan tentang amal-amal orang kafir, yakni amal mereka seperti debu berterbangan yang ditiup angin yang keras. Kini diberitakan tentang perumpamaan orang-orang mukmin harus seperti pohon kurma. Ini adalah gaya bahasa al-Qur’an yang selalu menggandengkan makna setelahnya.
1.      Seorang Mukmin Dituntut Mempunyai Akar Yang Kuat.
Seorang mukmin harus mempunyai “akar yang kuat” seperti pohon kurma atau tauhid kuat. Bila tauhid yang kuat sudah menghujam dalam hati, maka tidak akan disusupi oleh perilaku musyrik kepada Allah. Memang tauhid adalah pekerjaan hati yang abstrak karena kita dituntut untuk percaya, berbeda halnya dengan ibadah yang bisa dibuktikan dengan gerak anggota badan. Seperti halnya pondasi bangunan yang tidak terlihat tapi justeru pondasi inilah yang mempunyai peranan paling penting dalam menentukan kuat dan tegak berdirinya suatu bangunan.
Begitu pula dengan seorang intelejen, spionase, informan, atau teliksandi yang tidak terlihat dan tidak dikenal tapi justeru dialah yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu operasi militer. Pasukan tidak akan berani bergerak sebelum ada informasi dari intelejen. Bila operasi berjalan dengan sukses, justru intelejen tidak tersebut bahkan tidak terekspos.
2.      Seorang Mukmin Dituntut Mempunyai Cabang Yang Menjulang Ke Langit.
Maksud dari ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah pahala seorang mukmin harus “menjulang ke langit” atau maqbul (diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala). Begitu pula dengan doa-doa yang dipanjatkan seorang mukmin haruslah sampai ke langit (di ijabah). Setiap orang mukmin pasti mendambakan dan berkeinginan setiap amal dan doanya di terima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Apalah artinya banyak beramal dan berdoa bila pada akhirnya semua itu tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam bahasa sunda disebutnya “Cape gawe teu kapake”
3.      Seorang Mukmin Dituntut “Berbuah” Setiap Saat.
Seorang mukmin harus meniru pohon kurma yang berbuah tidak mengenal musim. Maksud ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah beramal sholeh terus menerus baik pada pagi hari, penghujung siang, sore hari, sebagian malam, setiap waktu dan setiap saat.(Tafsir Ibnu Katsir II:677).Artinya segala aktifitas seorang mukmin harus menghasilkan pahala dari detik ke detiknya. Dalam ungkapan bahasa Arab “Hayatuna kulluha ibadah” (Semua hidupku adalah ibadah).
M. Quraish Shihab berkata, “Pohon kurma manfaatnya banyak, kalorinya sangat tinggi, buahnya rindang, mudah dipetik, dimakan dalam keadaan mentah atau matang, serta dapat dijadikan minuman yang lezat. Akarnya terhujam ke bawah dan langsung menyerap air dari bumi, dan hujanpun menyiraminya dari langit”. (Tafsir al-Misbah VI:366).
Melalui pernyataan, M. Quraish Shihab diatas, penulis ingin menerangkan bahwa seorang mukmin harus juga memiliki sifat:
Pertama, “serbaguna” seperti pohon kurma yang mulai dari dahan, buah, pohon, sampai akar bermanfaat. Dalam arti seorang mukmin harus bisa bermanfaat bagi banyak orang baik itu tenaganya, pikirannya, harta bendanya, dan lain-lainnya, sebagaimana di lukiskan oleh Rosulullah melalui sabdanya,
قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya”. H.R. Bukhari dan Muslim.
Kedua, “berbuah rindang”seperti pohon korma yang berarti seorang mukmin harus bisa jadi “tempat berteduh” atau harus bisa menolong saudaranya yang lain.
...........ۘ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢
“.......Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Q.S. al-Maidah (5) : 2.
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ........
“Barang siapa yang membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat......”. H.R. Muslim.
Ketiga, “Buahnya dapat dimakan dalam keadan mentah ataupun matang”maksudnya adalah seorang mukmin baik dalam keadaan lapang ataupun sempit senantias berinfak.
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ١٣٣ Aٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Q.S. Ali imran (3) : 133-134.
Keempat, “Akarnya menghujam ke bawah dan langsung menyerap air dari bumi”maksudnya adalah seorang mukmin harus berpegang teguh kepada sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Q.S. an-Nisa (4) : 59.
Jeje Zaenudin berkata, “Salah satu gaya bahasa tamtsil ialah dapat mengungkapkan suatu persoalan yang mendalam dan rumit dengan bahasa yang sederhana dan singkat melalui visualisasi perkara yang abstrak kepada yang konkrit atau menganalogikan persoalan teoritis-spiritual kepada perkara yang bersifat materil dan real sehingga dapat ditangkap oleh akal dan panca indra secara bersamaan dengan cara yang lebih mudah”. (Menolak Perangkap Aliran Sesat Hal. 26).
Dalam hadits, Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita supaya berperilaku seperti lebah yaitu makan-makanan yang baik (saripati bunga), mengeluarkan yang baik (madu), bila hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak.
.......إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسَرْ وَلَمْ تَفْسُدْ.......
“.....Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah, ia makan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, bila ia hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak......". H.R. Ahmad, Hakim, dan al-Bazar.
Pertama, Memakan Makanan Yang Baik.
Seorang mukmin dituntut oleh Allah dan Rosul-Nya tidak hanya sekedar memakan makanan yang lezat saja tapi yang terpenting dari itu ialah makanan tersebut harus halal dan baik, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an,
وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلٗا طَيِّبٗاۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِيٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤۡمِنُونَ ٨٨
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. Q.S. al-Maidah (5) : 88.
Kedua, Mengeluarkan Yang Baik-Baik.
Seorang mukmin dituntut untuk mengeluarkan yang baik-baik dari mulai harta benda yang di infakannya maupun dari ucapan dan perilakunya.
لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ٩٢
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. Q.S. Ali Imran (3) : 92.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبۡتُمۡ وَمِمَّآ أَخۡرَجۡنَا لَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِۖ وَلَا تَيَمَّمُواْ ٱلۡخَبِيثَ مِنۡهُ تُنفِقُونَ وَلَسۡتُم بِ‍َٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغۡمِضُواْ فِيهِۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ٢٦٧
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Q.S. al-Baqarah (2) : 267.
Dalam al-Qur’an setidaknya ada 5 ucapan yang diajarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita. Qoulan Ma’rufan (perkataan yang baik) lihat Q.S. 2:235, Qoulan Saddidan (perkataan yang benar) lihat Q.S. 4:9, Qoulan Balighon (perkataan yang membekas) lihat Q.S. 4:63, Qoulan Kariman (perkataan yang mulia) lihat Q.S. 17:23, dan Qoulan Haq (Perkataan yang benar) lihat Q.S. 19:34.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam”.H.R. Bukhari dan Muslim.
Ketiga, Bila Hinggap Tidak Membuat Dahan Patah Dan Rusak.
Seorang mukmin dimanapun dia berada jangan sampai menjadi “sampah masyarakat”, membuat keonaran, kemaksiatan, merusak lingkungan dan lain sebagainya tetapi harus mendatangkan rezeki, keberadaannya di cari, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar seperti halnya lebah.
وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِين
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. Q.S. al-A’raaf (7) : 56.
Selain apa yang disebutkan di atas, lebah juga memiliki karakteristik suka bergaul ditempat yang baik, berkoloni, dan tidak mengganggu.
Keempat,Bergaul Ditempat Yang Bersih.
Lebah tidak bergaul di tempat yang kotor melainkan di tempat yang bersih seperti taman bunga, di atas pohon yang rindang, dan sebagainya.
وَإِذَا سَمِعُواْ ٱللَّغۡوَ أَعۡرَضُواْ عَنۡهُ وَقَالُواْ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡ لَا نَبۡتَغِي ٱلۡجَٰهِلِينَ ٥٥
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". Q.S. al-Qashshash (28) : 55.
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. Q.S. al-A’raaf (7) : 199.
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap”. H.R. Bukhari dan Muslim.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seorang laki-laki itu bergantung dengan agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang melihat siapa yang menjadi teman gaulnya”. H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi.
Dalam peribahasa Arab berbunyi, “Pergaulan bisa mencuri tabiat”, maka benar apa yang diungkap oleh Rosulullah selektiflah dalam bergaul.
قَالَ ٱدۡخُلُواْ فِيٓ أُمَمٖ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُم مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ فِي ٱلنَّارِۖ كُلَّمَا دَخَلَتۡ أُمَّةٞ لَّعَنَتۡ أُخۡتَهَاۖ حَتَّىٰٓ إِذَا ٱدَّارَكُواْ فِيهَا جَمِيعٗا قَالَتۡ أُخۡرَىٰهُمۡ لِأُولَىٰهُمۡ رَبَّنَا هَٰٓؤُلَآءِ أَضَلُّونَا فَ‍َٔاتِهِمۡ عَذَابٗا ضِعۡفٗا مِّنَ ٱلنَّارِۖ قَالَ لِكُلّٖ ضِعۡفٞ وَلَٰكِن لَّا تَعۡلَمُونَ ٣٨
“Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”. Q.S. al-A’raaf (7) : 38.
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. Q.S. al-A’raaf (7) : 199.
وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا ٢٧ يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا ٢٨ لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِيۗ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِلۡإِنسَٰنِ خَذُولٗا ٢٩

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. Q.S. al-Furqan (25) : 27-29.
وَقَالُواْ يَٰوَيۡلَنَا هَٰذَا يَوۡمُ ٱلدِّينِ ٢٠  هَٰذَا يَوۡمُ ٱلۡفَصۡلِ ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ٢١ ۞ٱحۡشُرُواْ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ وَأَزۡوَٰجَهُمۡ وَمَا كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٢٢
“Dan mereka berkata: "Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya (kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah”. Q.S. ash-Shaffat (37) : 20-22.
ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. Q.S. az-Zukhruf (43) : 67.
   Ibnu Qudamah memberi tahu sifat-sifat yang disyaratkan tentang orang yang dipilih menjadi teman adalah orang yang berakal, baik akhlaknya, bukan ahli bid’ah, dan orang yang tidak rakus terhadap dunia. (Mukhtashar Minhajul Qashidin hal. 114-116).
Opik penyanyi lagu religius Islam dalam sebuah syairnya bertutur, “Obat hati ada lima perkaranya. Yang pertama baca Qur’an dan maknanya, yang kedua sholat malam dirikanlah, yang ketiga dzikir malam perpanjanglah, yang keempat perbanyaklah berpuasa, yang kelima berkumpullah dengan orang sholeh”.
Kelima,Lebah Selalu Berkoloni Atau Berjam’iyyah.
Sekumpulan lebah mempunyai pemimpin (ratu) yang selalu mereka lindungi dan taati.Mereka pun bekerja kolektif dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. (Majalah Percikan Iman No. 04 Th. IX hal. 65).
لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
"Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan aku adalah utusan Allah kecuali salah satu dari tiga orang; Orang tua yang berzina, jiwa dibalas dengan jiwa (orang yang membunuh orang lain), dan orang yang murtad dari agamanya memisahkan diri dari jama'ah muslimin”. H.R. Tirmidzi.
“Hendaklah kalian berjamaah dan janganlah memisahkan diri, sesungguhnya syetan itu bersama orang yang menyendiri, syetan menjauh dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan tempat di surga hendaklah bergabung dengan al-Jamaah. Barangsiapa yang kebaikannya menyenangkan dan keburukannya menyusahkannya, maka dia itulah orang mukmin”. H.R. Tirmidzi. (Untuk mengetahui lebih banyak tentang wajibnya berjamaah, silahkan baca buku karya Shiddiq Amien, dkk yang berjudul Panduan Hidup Berjamaah).
Keenam, Tidak Pernah Mengganggu
Sifat lebah berikutnya adalah tidak pernah menggangu, tapi bila lebah diganggu, maka dia siap untuk melawan bahkan musuhnya bersembunyi di dalam air sungai sekalipun oleh lebah ditunggu kemunculannya.
وَقَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ ١٩٠
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. Q.S. al-Baqarah (2) : 190.
Ketujuh,Bersolidaritas Tinggi.
Lebah termasuk hewan yang memiliki solidaritas yang tinggi. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian ketika datangnya mara bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan Feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengundang teman-temannya agar membantu dirinya. (Majalah Percikan Iman No. 04 Th. IX April 2008 hal. 65).
Seorang muslim pun dituntut untuk berprilaku seperti lebah yang mempunyai solidaritas tinggi sampai Rosulullah mengisaratkan bahwa orang Islam yang satu dengan orang Islam yang lainnya bagai satu tubuh, bila satu anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit.
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)”. H.R. Bukhari dan Muslim.
“Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga di sebelahnya (tetangganya) kelaparan”. H.R. Baihaqi.
“Tidaklah beriman kepada-Ku orang yang bermalam dengan kenyang sementara tetangganya lapar sampai masuk ke lambungnya, sedang dia mengetahuinya”. H.R. Thabrani.
Alkisah, tanah Arab tengah dilanda paceklik. Musim kemarau yang cukup panjang, membuat tanah-tanah di sana tandus. Kholifah Umar bin Khaththab yang kala itu tengah memimpin umat Islam menjalani tahun yang disebut tahun Abu. Suatu malam, Khalifah Umar mengajak seorang sahabat yang bernama Aslam untuk mengunjungi pekampungan terpencil di sekitar Madinah. Langkah Kholifah terhenti dekat sebuah tenda lusuh. Suara tagis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mengajak Aslam mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.
Setelah mendekat, Khalifah Umar mendapati seorang wanita dewasa tengah duduk di depan perapian. Wanita itu terlihat mengaduk-ngaduk bejana. Setelah mengucapkan salam, Khalifah Umar meminta ijin untuk mendekat. Usai diperbolehkan oleh wanita itu, Khalifah Umar duduk mendekat dan mulai bertanya tentang apa yang terjadi. “Siapa yang menangis di malam itu?”. Tanya Khalifah Umar. “Anakku”, jawab wanita itu dengan agak ketus. “Kenapa anak-anakmu menangis? Apakah dia sakit?” tanya Khalifah selanjutnya. “Tidak, mereka lapar” balas wanita itu. Jawaban itu membuat Khalifah Umar dan Aslam tertegun. Keduanya masih terduduk di tempat semula cukup lama, sementara gadis di dalam tenda masih saja menangis dan ibunya terus saja mengaduk bejana.
Perbuatan wanita itu membuat Khalifah Umar penasaran. “Apa yang kau masak, hai ibu? Mengapa tidak juga matang memasakmu itu?” jawab Khalifah. “Kau lihatlah sendiri!” jawab wanita itu. Khalifah Umar dan Aslam segera melihat isi bejana tersebut. seketika mereka kaget melihat isi bejana itu. “Apakah kau memasak batu?” tanya Khalifah dengan tercengang. “Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khaththab. Dia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum” kata wanita itu. “Lihatlah aku, aku seorang janda. Sejak pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun ku suruh berpuasa, dengan harapan ketika mereka berbuka kami mendapatkan rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah Maghrib tiba, makanan belum ada juga.
Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan ku isi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan” ucap wanita itu. “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khaththab tidak pantas menjadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya”. Lanjut wanita itu. Wanita itu tidak tahu yang ada di hadapannya adalah Kholifah Umar bin Khaththab.
Aslam sempat hendak menegur wanita itu. Tetapi, Khalifah Umar mencegahnya, Kholifah lantas menitikan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya. Segeralah diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum. Tanpa mempedulikan rasa lelah, Kholifah Umar mengangkatsendiri karung gandum tersebut di punggungnya. Aslam segera mencegah. “Wahai Amirul Mukminin, biarkanaku yang memikul karung itu” kata Aslam. Kalimat Aslam tidak mampu membuat Umar tenang. Wajahnya merah padam mendengar perkataan Aslam. “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam Neraka. Kau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” kata Umar dengan nada tinggi.
Aslam tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar. Sembari terseok-seok, Kholifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke tenda tempat tinggal wanita itu. Sesampai di sana, Kholifah Umar menyuruh Aslam membantunya menyiapkan makanan. Khalifah sendiri memasak makanan yang akan disantap oleh wanita itu dan anak-anaknya. Khalifah segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah makanannya matang. Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar merasa tenang.
Makanan habis dan Khalifah Umar berpamitan. Dia juga meminta wanita tersebut menemui Khalifah keesokan harinya. “Berkatalah yang baik-baik. Besok temuilah Amirul Mukminin dan kau bisa temui aku juga di sana. Insya Allah dia akan mencukupimu” kata Khalifah Umar. Keesokan harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin. Betapa kagetnya si wanita itu melihat sosok Amirul Mukminin, yang tidak lain adalah orang yang telah memasakkan makanan untuk dia dan anak-anaknya. “Aku meminta maaf. Aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum” kata wanita itu. “Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anaknya kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggung jawabkan ini di hadapan Allah? Maafkan aku, ibu” kata Khalifah Umar. (https://dream.co.id>your–stori>kisah-khalifah-umar-bin-khattab-dan-ibu-pemasak-batu)
Seorang mukmin dilarang meniru lalat karena sifat-sifat  lalat adalah kebalikan dari sifat-sifat lebah yaitu memakan makanan yang kotor, bergaul ditempat yang kotor, tidak berkoloni, mengeluarkan yang kotor (belatung), keberadaannya tidak diinginkan, dan selalu menggangu manusia. Kalau sekarang sudah ditemukan pengobatan alternatif sengat lebah yang mana sengatan lebah bisa menyembuhkan penyakit. Berbeda halnya dengan hinggapan lalat di makanan atau minuman, justru akan mendatangkan banyak penyakit bagi manusia.
Sifat lalat yang paling menonjol adalah lalat selalu memperhatikan luka. Seorang mukmin dilarang untuk memperhatikan terlebih membuka aib saudaranya bahkan dianjurkan untuk menutupi aibnya tersebut.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya yang muslim. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak”. H.R. Muslim.
Maka beruntunglah orang yang sibuk memperhatikan aib dan kekurangan dirinya sendiri sehingga tidak sempat memperhatikan aib dan kekurangan orang lain. Jangan sampai ada peribahasa “Semut di seberang lautan tampak sedangkan gajah dipelupuk mata tidak kelihatan” atau “Susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah”.Wallhu ‘alam bishshawab.




SUMBER BACAAN
Amien, Shiddieq dkk. Panduan Hidup Berjamaah. Tafakur Bandung, 2005. Cet. I.
Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari. Darul Fikr Bairut, 2003.
Muslim, Abu Husain bin Hijaj.Shahih Muslim. Darul Fikr Bairut, 2007.
Qudamah al-Maqdisy, Ibnu. Mukhtashar Minhajul Qashidin. Edisi Indonesia, Minhajul Qadhidin: Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk. Penerjemah, Kathur Suhardi. Pustaka al-Kautsar Jakarta, 2013. Cet. XIX.
RI, Departemen Agama. Terjemah dan Tafsir al-Qur’an. J-ART, 2005.
Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyli Qodir li Ikhtishori Tafsir Ibnu Katsir. Edisi Indonesia Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah Drs. Syuhabuddin. Gema Insani Press Depok, 2012. Cet. I.
Shihab, M. Quraish.Tafsir al-Misbah. Lentera Hati Tangerang, 2009. Cet. I.
Zaenudin, Jeje.Fiqih Dakwah Jam’iyyah. Pembela Islam Jakarta, 2012. Cet. I.
-----. Menolak Perangkap Aliran Sesat. Hadico Persada Press Jakarta, 2008. Cet. I.
Majalah Percikan Iman no. 64 Th. IX April 2008 M / Robiul Tsani 1429 H.
https://dream.co.id>your–stori>kisah-khalifah-umar-bin-khattab-dan-ibu-pemasak-batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here