SEJARAH PALESTINA DAN ISRAEL - PEMUDA PERSIS KAB. SUMEDANG

Breaking

Post Top Ad

Kami pemuda pembela agama Pembangkit umat yang utama Bertabligh memikat hati yang suci Berdalilkan Qur’an dan Hadis Di-tanam iman disebar amal Memimpin jiwa dan akhlaqnya Membasmi bid’ah agama Berjihad, berdakwah, beruswah)* Bersatulah bersatulah bersatulah bersatulah Hai muslimin Siapa yang menentang Islam Musnahlah dalil dan hujahnyaWeb PEMUDA PERSIS SUMEDANG

Post Top Ad

Mangga bade Iklan palih dieu

Selasa, 14 Agustus 2018

SEJARAH PALESTINA DAN ISRAEL


Oleh M. Nurachman

(Penasihat PC. Pemuda Persatuan Islam Sumedang Selatan)

Berbicara mengenai Israel tidak terlepas dari agama Yahudi dan gerakan Zionisme yang mana ketiganya mengalami sejarah panjang mulai dari zaman para Nabi dan Rasul sampai sekarang. Dalam perjalannya, Bani Isaril tercatat dengan tinta merah dan sejarah hitam dimulai dari mulai pembangkangan terhadap perintah Allah melalui Nabi dan Rasul-Nya, pembunuhan para Nabi dan Rasul, serta penganiaan, pengusiran, bahkan sampai pembantaian yang dialami oleh Bani Israil. Begitupun pembantaian yang dilakukan oleh Bani Israil kepada kaum muslimin khususnya wa bil khusus rakyat Palestina dan masyarakat Arab.
Tidak bisa dipungkuri bahwa Bani Israil sampai dengan hari ini sangat memegang peranan yang sangat sentral terhadap negara-negara adidaya terlebih lagi Amerika Serikat melalui loby-loby yang dilakukannya ataupun kekuatan ekonominya. Tercatat orang terkaya di dunia kebanyakan adalah orang-orang Yahudi. Begitupun orang-orang yang berotak cerdas di dunia saat ini kebanyakan mereka. Maka tak heran bila negara Israel sampai saat ini sulit untuk “dirontokkan’ keberadaannya. (Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kekuatan Loby Yahudi silahkan baca buku Tanah Yang Dijanjikan karya Zen Abdurrahman)
Dalam banyak hadits mengenai akhir zaman dimana kiamat tidak akan terjadi sebelum umat Islam berperang dengan orang-orang Yahudi. “Wahai kaum muslimin di belakang saya ada Yahudi maka bunuhlah dia”. Tetapi di akhir haditsnya tersebut Rasulullah menyebutkan bahwa nanti Yahudi akan bersembunyi di belakang pohon Yahudi (Ghorkod). Maka tidak heran bila saat itu pemukiman Palestina di buldoser atau diratakan dengan tanah lalu di tanami pohon Yahudi (Ghorkod) persiapan mereka dalam menghadapi hari akhir zaman dan secara tidak langsung mereka mempercayai akan pemberitaan ghaib yang diceritakan oleh Rasulullah.
Dalam Riwayat Abu Dawud diceritakan bahwa bila Baitul Maqdis mulai ramai dikunjungi maka itu pertanda kehancuran Mekkah dan semakin dekatnya hari kiamat. Menurut Muhammad al-‘Areifi bahwa yang di maksud dengan ramainya Baitul Maqdis adalah dijadikannya Baitul Maqdis sebagai ibukota kekhilafahan Islam pada akhir zaman sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Hawalah al-Azdi dalam al-Muwatho Imam Malik. (Untuk lebih jelas mengenai masalah ini silahkan baca buku Huru-Hara Hari Kiamat karya Ibnu Katsir, Kiamat Sudah Dekat? karya Muhammad al-‘Areifi dan Yaumul Kiamah karya Yusuf al-Wabil).
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Israel sampai saat itu masih terus berlangsung terhadap bangsa Palestina. Hal ini banyak menimbulkan tanda tanya di kalangan kaum terpelajar apa yang melatar belakangi akan hal tersebut, bagaimana hal itu bisa terjadi, dan kenapa tanah Palestina yang mereka pilih?.
Materi, donasi, sampai dengan doa terus kaum muslimin panjatkan untuk kemerdekaan penuh bangsa Palestina dan kebebasan Masjidil al-Aqsha dari cengkeraman pendudukan bangsa Isarel. Tak bisa dipungkiri bahwa Yerusalem adalah tiga tempat suci bagi tiga agama besar dunia yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Karena di sanalah masjid kedua yang mula dibangun oleh para Rasul setelah Masjidil Haram di Mekah al-Mukaromah Arab Saudi dan disanalah Rasulullah melakukan Isra’ dan Mi’raj dan disanalah kiblat kaum muslimin sebelum di pindahkan ke Masjidil Haram. Disana pula Yesus Kristus menurut kepercayaan orang-orang Nashrani dilahirkan. Dan disana pula juga merupakan tempat suci bagi umat Yahudi.
Asal-Usul Bani Israil
Sesungguhnya “Yahudi” bukanlah nama suatu agama melainkan nama bangsa. Bangsa Yahudi biasa disebut bangsa Israel, Bani Israil, atau Bangsa Ibrani. Agama yang dipeluk Bangsa Yahudi itu bermacam-macam, bahkan sebagian tidak beragama. Hanya ada agama khas yang dipeluk oleh orang-orang Yahudi, sehingga agama tersebut dinamakan agama Yahudi. Mereka menganggap agama Yahudi itu berasal dari agama Nabi Musa a.s.
Kurang lebih 2000 SM di negeri Ur, yang termasuk kawasan kerajaan Babilonia, Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan. Semenjak muda ia telah menolak penyembahan berhala, walaupun ayahnya sendiri “Azar”, adalah seorang pemahat patung dewa-dewa pesanan dari kuil-kuil dan pemuja dewa dari kalangan istana.
Setelah Nabi Ibrahim a.s. menablighkan ajarannya—menyeru bangsa Babilonia agar memeluk gama tauhid dan meninggalkan penyembahan berhala, ia mendapat tekanan keras dari penguasa negeri itu dan ayahnya sendiri. Akhirnya, Namruz penguasa Babilonia menjatuhkan hukuman bakar hidup-hidup kepada Nabi Ibrahim a.s., tetapi Allah menyelamatkannya.
Alkisah Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan tanah airnya menuju Kan’an. Nabi Ibrahim a.s. mengunjungi negeri sekitarnya seperti Sidon, Tyrus, Yabus, Mesir, Madyan lama, dan akhirnya menetap di Hebran. Nabi Ibrahim a.s. beristri dua. Dari Sarah lahirlah Nabi Ishaq a.s. dan dari Hajar (hadiah penguasa Mesir) lahirlah Nabi Ismail a.s. Nabi Ismail mengembara di Mekkah dan sekitarnya dan kelak Nabi Ismail a.s. menurunkan orang-orang Quraisy.
Nabi Ishaq a.s. berputra Nabi Yaqub a.s. yang bergelar Israel atau Israil. Dari beberapa istrinya, Nabi Yaqub a.s. berputra 12, yaitu Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Nabi Yaqub a.s. beserta semua anak cucunya (lebih kurang 70 orang) berhijrah ke Mesir atas anjuran Nabi Yusuf a.s. yang diangkat menjadi seorang pembesar di Mesir.
Di Mesir keturunan Nabi Yaqub a.s. berkembang sehingga mencapai 3 juta orang dan mereka dinamakan Bani Israil. Keturunan mereka yang terbanyak adalah dari Yahuda. Keturunan Yahuda itu berbeda dengan keturunan yang lainnya, karena kebanyakan mereka cerdas. Dari keturunan itulah kemudian lahir bangsa Yahudi.
Pada masa Fir’aun yang bersimpati pada Bani Israil, mereka berkuasa dan termasuk bangsa yang dihormati karena berotak cerdas, rajin, dan tekun. Oleh karena itu, perekonomian Mesir ada di tangan mereka. Setelah dinasti Fir’aun yang bersimpati pada Bani Israil berakhir dan digantikan oleh dinasti lain yang menganggap mereka itu sebagai benalu, maka Bani Israil mulai ditindas dan hartanya dirampas. Mereka diperbudak, disuruh bekerja paksa membuat piramida, patung-patung raksaksa, penggalian semacam terusan (kanal), dan sebagainnya. Tersebutlah jika Fir’aun sedang duduk di atas kursi kerajaannya yang mewah, maka kursi itu terletak di atas punggung seorang Yahudi dan seorang Negro.
Pada masa Bani Israil bermukim di Mesir, sebagian tetap berpegang teguh pada syariat nabi-nabi mereka, tapi sebagian telah terpengaruh oleh ajaran agama Mesir sehingga timbul pembauran antara yang hak dan batil.
Pada suatu malam, Fir’aun Ramses II (kata sebagian ahli tarikh: Thutmosis) bermimpi bahwa seorang anak Bani Israil menggulingkan mahkotanya. Maka ia bertanya pada ahli nujum, pada masa itu telah lahir seorang anak laki-laki Bani Israil yang akan menumbangkan kefir’aunan. Fir’aun pun segera mengerahkan tentaranya untuk segera membunuh semua anak laki-laki Bani Israil yang dilahirkan saat itu.
Ketika terjadi pembunuhan anak-anak Bani Israil itu, Mosya yang masih bayi dimasukkan ke dalam sebuah peti oleh orang tuanya. Lalu, ia dihanyutkan ke sungai Nil dan diawasi kakaknya, seorang gadis kecil. Dalam perjalannya, bayi itu terdampar di belakang istana Fir’aun lalu diperlihara oleh Asyiah, permaisuri Fir’aun.
Ketika Asyiah mencari seorang perempuan untuk menyusui bayi itu, seorang gadis kecil datang menunjukkan bahwa ada seorang yang sanggup menyusuinya. Perempuan itu adalah ibu bayi itu sendiri yang dipanggil ke istana, tetapi Fir’aun tidak menyedarinya.
Setelah dewasa, Mosya menampar seorang Mesir sampai mati karena ia berkelahi dengan seorang Israil, dan seorang Israil itu meminta pertolongan Mosya. Mosya lari meninggalkan Mesir dan pergi ke Madyan. Di Madyan, Mosya menjadi menantu Nabi Syu’aib a.s. Di Thursina, Mosya mendapatkan wahyu pertama. Mosya yang dalam lidah Arab disebut Musa, menjadi Nabi yang diutus untuk Bani Israil dan Bani Qibti.
Nabi Musa a.s. kembali ke Mesir untuk menyebarkan ajarannya. Ia mendapat tantangan dari luar dan dalam. Apalagi setelah Nabi Musa a.s. mendakwahkan ajarannya pada Fir’aun, ayah angkatnya sendiri.
Pada suatu malam, Nabi Musa a.s. dapat menyelamatkan sebagian besar Bani Israil yang meninggalkan Mesir. Tetapi setelah mereka lepas dari Ramseses, ibu kota kefir’aunan, tentara Fir’aun mengejarnya. Bani Israil sempat menyebrangi Teluk Suez yang terletak antara kawasan negeri Pitham dan gurun Sur, karena tiba-tiba lautnya terbelah dua serupa dinding. Fir’aun dan sebagian besar tentaranya tenggelam di teluk tersebut karena tiba-tiba laut itu tertutup kembali. Mayat Fir’aun dihempaskan ombak ke pantai lalu dimumikan oleh keluarga istana (kurang lebih 1300 SM).
Bani Israil melanjutkan perjalanannya dengan selamat dari Mara, Erim, Rafidlim, Haserath, Kades, Asiongaber, Petra, sampai ke Resebon. Diantara daerah-daerah tersebut terdapat pada pasir yang luas membentang. Dalam perjalanan itu Bani Israil selalu menyalahkan kebijakan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., jika mereka kurang makanan dan kurang air. Ketika melihat arca-arca orang Funisia, mereka minta kepada Nabu Musa a.s. agar mereka pun dibuatkan arca-arca untuk disembah.
Maka datanglah perintah Allah kepada Nabi Musa a.s. untuk beri’tikaf selam 40 hari di Thursina. Di Thursina Nabi Musa a.s. menerima Taurat lalu ditulisnya pada alwah, kepingan papan batu tipis.
Pada masa Nabi Musa a.s. di Thursina, kepemimpinan Bani Israil ada pada tangan Nabi Harun a.s. Pada masa inilah seorang bangsa Yahudi, Musa Samiri mengumpulkan perhiasan dan dilebur menjadi sebuah patung anak sapi, lalu ia menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.
Ketika Nabi Musa a.s. turun dai bukit, ia melihat kaumnya telah disesatkan oleh Musa Samiri. Nabi Musa a.s. sangat kecewa dan ia memarahi Nabi Harun a.s. karena ia tidak dapat mencegah kemusyrikan kaumnya. Namun Nabi Musa a.s. pun bertindak, agar mereka bertaubat dan ia mengusir Musa Samiri. Konon, ia tersesat sampai ke Suriah. Setelah Nabi Musa a.sa mempimpin kembali, dan ketika Bani Israil hendak mencapai Kan’an, tiba-tiba mereka enggan mamasukinya karena melihat bangsa Kan’an itu bangsa yang gagah berani. Karena Bani Israil selalu melanggar, turunlah siksa. Bani Israil tersesat selama 40 tahun di Padang Tih.
Sebelum Bani Israil memasuki negeri Ka’an. Nabi Harun a.s. wafat. Lalu wafat pula Nabi Musa a.s dalam usia 120 tahun. Akhirnya setelah tersesat 40 tahun itu, Bani Israil sampai ke perbatasan negeri Kan’an. Di sekitar negeri itu terdapat bangsa Yabus, Filistin, Kan’an, dan Funi.
Setelah Bani Israil berjuang mati-matian, mereka berhasil membentuk sebuah kerajaan. Rajanya yang pertama adalah Saul atau Thalut. Pada masa itulah Daud dapat mengalahkan Goliat atau Jalut. Daud mendapat wahyu dan menjadi seorang rasul; wahyunya itu tersusun dalam Zabur.
Kerajaan Bani Israil di Palestina
Maka tersebutlah Bani Israil menduduki Heran, sebuah kota kuno di Palestina, lebih kurang 30 KM sebelah selatan kota Yerusalem. Kota ini merupakan kota yang indah, kota kenangan, kota tempat bermukim Nabi Ibrahim a.s. ketika pertama kali datang ke Palestina. Karena Bani Israil keturunan orang yang semula bermukim di Hebran, maka mereka biasa dinamakan orang Ibrani.
Thalut tidak lama memerintah, lalu digantikan oleh Nabi Daud a.s. Nabi Daud a.s. digantikan puteranya, Nabi Sulaiman a.s. (975-935 SM), raja terbesar dari seluruh raja-raja Bani Israil. Nabi Sulaiman a.s. adalah seorang maharaja, juga seorang Nabi-Rasul yang terkenal kebijaksanaannya. Dalam al-Qur’an diceritakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. dapat memerintah jin untuk membuat bangunan, menyelam mencari mutiara, mengalihkan kursi kerajaan Ratu Bilkis dan sebagainnya.
Pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s. itu, kerajaan Bani Israil termasuk  kerajaan besar. Ia menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Mesir, Funisia, dan Saba di Yaman. Bahkan Ratu Bilkis, ratu negeri Saba dinikahinya setelah diselamatkan dari penyembahan Syamas, Dewa Matahari.
Dari bangsa Funisia, Bani Israil belajar ilmu pelayaran dan cara membuat kapal. Dari bangsa Mesir, mereka mempelajari cara membuat kaca, membuat gedeung-gedung yang kokoh dan indah serta ilmu astronomi, ilmu pasti, dan sebagainya. Dan dari bangsa Kan’an dan Filistin mereka mangkaji membuat mata uang. Maka, terwujudlah zaman keemasan Bani Israil pada masa itu.
Pada suatu saat, Nabi Sulaiman a.s. berencana membangun sebuah masjid di Bukit Moriah, Yerusalem (Ursyalim). Semula di tempat itu berdiri sebuah masjid yang dinamakan Masjidil Aqsha. Masjid ini didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. 40 tahun selepas pendirian Masjidil Haram.
Masjid Aqsha pada zaman Nabi Ibrahim a.s. kemungkinan berupa sebuah kemah di Ursyalim. Dalam pengembaraan Nabi Ya’qub a.s.—cucu Nabi Ibrahim a.s.—melewati Sakhur. Ketika melewati Ursyalim kampung Sakhim, Nabi Ya’qub a.s. mendirikan kemah dan membangun masjid sederhana yang tanahnya dibeli dari Syakim bin Jamur yang dulu ditinggalkan oleh Nabi Ya’qub a.s. ketika berhijrah ke Mesir. Masjid ini hancur di makan usia.
Nabi Sulaiman membuat masjid di Bukit Moriah dibantu diantaranya oleh Raja Hiram dari Tyrus. Raja-raja pembantu itu pun mengirimkan beberapa ahli bangunan dan ahli ukir. Setiap hari, yang bekerja tidak kurang dari 150.000 orang dan pada malam hari dibantu pula oleh jin.
Maka berdirilah sebuah masjid baru yang megah, panjangnya 60 hasta, lebarnya 20 hasta, dan tingginya 30 hasta.
Masjid yang didirikan oleh Nabi Sulaiman a.s. itu pun dinamakan Masjidil Aqsha dan orang Yahudi menamakannya Haikal Sulaiman.
Sepeninggal Nabi Sulaiman a.s., timbullah persengketaan dalam tubuh Bani Israil sendiri. Suku Yahudi dan keturuan Benyamin memilih Rahbeam sebagai raja pengganti Nabi Sulaiman a.s., karena ia dianggap menguasai pusaka Bani Israil. Sejak itu berdirilah kerajaan Yudea dengan ibu kota Yerusalem.
Suku-suku Bani Israil lainnya juga membentuk kerajaan Israil yang beribu kota di Samaria dan mengangkat Yerabaam sebagai raja mereka.
Suku-suku Bani Israil di kerajaan Israil itu lambat laun meninggalkan agama tauhid dan kembali menyembah berhala, di antaranya patung sapi dan patung ikan Nun.
Pada 606 SM kerajaan Babilon dibawah pimpinan Raja Nebukadnezar merebut Yudea. Orang-orang Yahudi dibuang ke Babilon sampai tahun 539 SM dan Haikal Sulaiman dihancurkan. Orang-orang Yahudi mencoba berontak tetapi dapat ditumpas dengan kejam.
Pada 536 SM, Sirus, kaisar Persia membolehkan orang-orang Yahudi pulang ke Palestina setelah kurang lebih 200 tahun menerima pengaruh Mithra dan Zarathustra.
Pada 338 SM, orang-orang Yahudi mencoba mendirikan kerajaannya kembali dibawah imam besar, tetapi pada tahun 334 SM harus tunduk pada kekuasaan Iskandar Macedonia. Sepeninggal Iskandar Macedonia, Palestina dan sekitarnya ada di bawah kekuasaan Mesir.
Pada 199 SM, kerajaan Assiria berhasil merebut Palestina dari tangan Mesir.
Pada 142 SM, bangsa Yahudi berontak dan merebut kemerdekaan, tetapi tidak lama menikmati kemerdekaan itu.
Sampai 135 SM, bangsa Yahudi mendirikan kembali Haikal Sulaiman dan pada 63 SM, seluruh Palestina masuk menjadi kawasan Romawi. Haikal Sulaiman dihancurkan dan kelak dibangun kembali bukan oleh orang-orang Yahudi melainkan atas bantuan penguasa Romawi.
Pada 70 SM, bangsa Yahudi memberontak tetapi dapat dipadamkan Romawi dengan kejam. Haikal Sulaiman hancur kembali dan yang tertinggal hanyalah sebuah dinding yang kelak disebut al-Makba. Palestina dan sekitarnya dikuasai oleh Romawi Timur samapi 638 M. Pada masa itulah Patriah Sopranius menyerahkan Yerusalem pada Kholifah Umar ibn Khaththab r.a.
Maka tersebutlah Umar ibn Khaththab r.a. mendirikan sebuah mesjid yang terkenal kemudian sebagai masjid Umar. Sesungguhnya Khalifah Umar ibn Khaththab r.a. tidak mendirikannya pada tempat yang dianggap keramat oleh orang-orang Yahudi (seperti al-Makba, dinding ratap tangis atau sisa puing Haikal Sulaiman yang biasa ditangisi), tetapi masjid itu didirikan di atas sebuah tempat yang tinggi membelakangi tempat yang dikeramatkan oleh orang-orang Yahudi itu. Pada masa Khalifah Malik ibn Marwan, sebagai kenang-kenangan pada sebuah masjid yang pernah didirikan Nabi Ibrahim a.s. lalu oleh Nabi Sulaiman a.s. Masjid ini mengalami berkali-kali perbaikan dan perluasan di antaranya pada masa Bani Saljuk.
Pada 1095 M, 40.000 tentara Salib menduduki Baitul Maqdis. Orang-orang Nasrani itu membunuh kaum muslimin, termasuk perempuan dan anak-anak secara kejam sehingga lantai masjid berubah menjadi genangan darah. Masjidil Aqsha dijadikan sebuah gereja dan disebut Tempilum Domini.
Pada 1187 M, tentara Salahuddin al-Ayubi merebut kembali Yerusalem. Masjid yang digerejakan itu dijadikan masjid kembali serta dibersihkan dari patung-patung dan salib.
Palestina pada akhirnya dikuasai Turki dan tetap ada di tangan Islam sampai tahun 1917 M. Pada masa itulah orang-orang Yahudi dengan bantuan Inggris merebut Palestina dan menjadikannya tempat pemukiman orang Yahudi. Orang-orang Yahudi mencoba mendirikan kembali Haikal Sulaiman dan berusaha untuk meruntuhkan Masjidil Aqsha. Mereka berkali-kali menggali di sekitar masjid itu. Mereka pernah pula mencoba membakarnya pada hari Jum’at 22 Agustus 1969 M melalui seorang Yahudi kelahiran Australia, Michel Dennis William Rohem.
Cita-cita orang Yahudi adalah mendirikan negara Israil Raya yang meliputi daerah Mesir, Palestina, sebagian daerah bekas kerajaan Saba, dan sebagian daerah Saudi Arabia termasuk Khaibar dan Madinah. (Marzdedeq, 2005:248-254 dan Katsir, 2015:209-825).
Penderitaan yang Dialami Oleh Bani Israel
Dalam perkembangan sejarahnya, etnis Yahudi mengalami berbagai macam perbudakan, pengusiran, bahkan pembantaian. Muhammad Sayyid Thonthowi mengemukakan sederet peristiwa sejarah yang membuktikan kebenaran ancaman Ilahi kepada Bani Israel ketika menafsirkan Q.S. al-A’rof (7) : 167
(((((( (((((((( (((((( (((((((((((( (((((((((( (((((( (((((( ((((((((((((( ((( ((((((((((( (((((( ((((((((((( ( (((( (((((( ((((((((( ((((((((((( ( ((((((((( ((((((((( ((((((( ((((( 
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Setelah wafatnya Nabi Sulaiman a.s. sekita 975 SM., kerajannya terbagi dua. Bagian utara dengan nama Israil yang berpusat di Samirah, yaitu Naplus sekarang. Kerajaan ini menghimpun 10 dari 12 suku/Asbath Bani Israil. Dan, kerajaan kedua terletak di bagian selatan dengan nama Yahudza yang berpusat di Yerusalem. Kerajaan ini menghimpun dua suku Bani Israil lainnya, yaitu Yahudza dan Benyamin. Pertempuran antara keduanya terus berlangsung hingga akhirnya pada 721 SM. Sarjun, Raja Asyur, menghancurkan penguasa kerajaan Utara (Israil) dan membunuh ribuan dari tentaranya serta menawan selainnya dan mengusir mereka ke seberang Sungai Furat di Irak. Kerajaan Selatan (Yerusalem) kendati berusaha bertahan, akhirnya dihancurkan oleh penguasa Babel Bukhtensir/Nebukadnezar pada 586 SM.
Antara 536 sampai 332 SM, orang-orang Yahudi mengalami semacam ketenangan, tetapi 330 SM. Mereka berada di bawah kekuasaan Alexander The Great dari Macedonia, dan pada 320 SM pengganti Alexander (Batlemus) menyerang dan menghancurkan Yerusalem serta menawan 100.000 orang Yahudi dan mengirimnya ke Mesir.
Pada 20 SM., penguasa Salukus di Suriah berhasil mengalahkan penguasa Romawi dan dengan demikian orang-orang Yahudi yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi berpindah ke bawah kekuasaan Salukus. Pada masa ini, orang-orang Yahudi pun mendapat siksaan yang luar biasa karena mereka dituduh akan memberontak. Yang paling menonjol menyiksa mereka adalah Antokhiyos (170-168 SM). Ia membunuh sekitar 40.000 orang Yahudi dalam tiga hari dan menjual sebagian budak-budak belian dalam jumlah yang sama sambil memaksa mereka meninggalkan agama Yahudi.
Pada 63 SM., penguasa Romawi menyerang Yerusalem dan mendudukinya hingga 614 M. pada masa itu, orang-orang Yahudi sering kali berusaha memberontak, tetapi selalu gagal dan setiap pemberontakan, mereka selalu disiksa dan dibunuh, diperbudak atau diusir. Penyiksaan yang paling populer terjadi di tangan Titus (70 M). ia menghancurkan Yerusalem, membunuh ribuan Yahudi dan membakar tempat peribadatan mereka.
Pada masa kekuasaan Islam pun mereka mendapat siksaan yang tidak kecil akibat pengkhianatan mereka. Sejarah menguraikan pengusiran Bani Quraizhah dan Bani an-Nadhir dari kota Madinah, pembunuhan atas Bani Quraizhah sebagai sanksi hukum yang diputuskan sendiri oleh hakim yang mereka tunjuk dan lain-lain. Ini, pada mada Nabi Muhammad saw., dan setelah kekuasaan Umar ra., semua orang Yahudi terusir dari Jazirah Arabia sesuai dengan pesan Nabi saw.
Orang Yahudi juga mendapat siksa dari bangsa Eropa. Di Inggris, pada 1332 M., masyarakatnya mengajukan keberatan atas kehadiran orang-orang Yahudi di Inggris sehingga Raja Edward I memerintahkan pengusiran mereka dari wilayah Inggris dalam waktu tiga bulan. Tetapi, masyarakat tidak sabar sehingga membunuh mereka, menyiksa, dan membakar ratusan di antara mereka. Inggris bebas dari orang Yahudi selama sekitar tiga abad, dan terbuka lagi setelah Cromwell berhasil menjatuhkan Raja Charles I atas dukungan keuangan orang-orang Yahudi.
Di Prancis, masyarakat pun menolak kehadiran orang Yahudi karena mereka mengakibatkan krisis ekonomi, melakukan transaksi riba, sehingga pada masa Louis IX ditetapkan ketentuan pembebasan masyarakat Prancis dari sepertiga hutang mereka terhadap orang-orang Yahudi. Keluar juga ketentuan membakar kitab suci mereka, khususnya Talmud. Pada 1311 M, masyarakat Prancis menyerang orang-orang Yahudi, membunuh, dan mengusir mereka. Orang-orang Yahudi baru dapat kembali ke Prancis pada pertengahan abda ke XVI M. napoleon tadinya ingin memanfaatkan orang-orang Yahudi, tetapi mereka mengkhianatinya sehingga Napoleon meremehkan dan menyiksa sekian banyak diantara mereka. Nanti pada abad XIX dan XX, orang-orang Yahudi di Prancis bebas dari siksaan dan pelecehan.
Di Italia, para Pope dan pemuka agama Katolik mengecam amat pedas orang-orang Yahudi dan menamai mereka bangsa yang dibenci. Para pemuka agama itu mendorong masyarakat meyerang dan membunuh mereka serta menghina tuntunan gama mereka berdasarkan kitab Talmud yang merupakan salah satu pegangan orang-orang Yahudi. Bahkan, pada 1242, keluar ketentuan Pope yang memerintahkan pembakaran Talmud. Dan, pada 1540, masyarakat Italia menyerang orang-orang Yahudi dan membunuh ribuan dari mereka, kemudian mengusir selebihnya ke luar Italia.
Sejarah Spanyol pun penuh dengan penyiksaan terhadap Yahudi. Mereka hanya dapat mengalami ketenangan masa pemerintahan Islam. Selanjutnya, pada masa Raja Ferdinand dan isterinya Isabella, kebencian kepada orang-orang Yahudi mencapai puncaknya sehingga raja mengeluarkan dekrit pada 31 Maret 1952 yang berisikan perintah pengusiran orang-orang Yahudi—lelaki dan perempuan—ke luar Spanyol, paling lambat akhir Juli tahun yang sama.
Di Rusia pun demikian. 50% dari penduduk Yahudi tadinya hidup di Rusia. Mereka merajalela di sana, membentuk organisasi-organisasi rahasia, dan melakukan praktik riba. Tetapi, revolusi Komunis tahun 1917 menghentikan kewenangan mereka, bahkan pada 1881-1882 terjadi penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi dan para petani berusaha menghabisi mereka selama dua tahun tersebut.
Di Jerman, terdapat cukup banyak orang Yahudi sejak abad XVIII M. Mereka menindas secara ekonomi bangsa Jerman. Maka, bangsa Jerman menghadapi mereka dan puncaknya terjadi di tangan Hitler yang membunuh dan menyiksa mereka pada masa kekuasaannya antara 1933 sampai kejatuhannya 1945. (Shihab, 2010 IV:349-352).
Program tahap awal Zionis sejak kongres pertamanya tahun 1897 yang bertujuan mendirikan negara Israil adalah melakukan kampanye untuk mengubah image negatif Yahudi menjadi positif. Sebab di masa itu, Yahudi terkesan sebagai anti Kristus yang sangat berbahaya bagi bangsa Kristen yang mayoritas di Eropa. Kampanye ini sukses di lancarkan dengan menggunakan slogan liberalisme atau kebebasan, dibantu organisasi-organisasi lainnya, diantaranya Freemansonry. Kampanye ini efektif menyasar kalangan muda yang selalu bersemangat dengan ide-ide pembaharuan.
Program, selanjutnya adalah imigrasi bangsa Yahudi secara massif dari berbagai belahan dunia ke bumi Palestina. Imigrasi ini bertujuan untuk menambah populasi bangsa Yahudi dan menggusur populasi bangsa Arab yang mayoritas di Palestina. Kekuatan ekonomi yang dimiliki memungkinkan mereka membeli tanah-tanah di Palestina untuk kemudian diduduki. Tujuan program ini adalah mengkondisikan pendirian negara Israel yang mengsyaratkan keberadaan penduduk dari bangsa yang bersangkutan (nation state/negara bangsa).
Pada periode 1882-1904, yang dikenal sebagai First Aliyah (imigrasi pertama), sekitar 30.000 imigram Yahudi dari Eropa Timur datang ke Palestina dengan dana dari Rothschild Family. Aliyah kedua, yang terjadi tahun 1904 sampai mulainya Perang Dunia I, ditandai dengan imigrasi sekitar 33.000 imigran. Komunitas terbesarnya adalah orang-orang Yahuid Sephardik. Hasilnya, populasi Yahudi di Palestina meningkat secara drastis pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20; dari 24.000 pada tahun 1882 menjadi 47.000 pada tahun 1890 dan kemudian 84.000 pada tahun 1890. Hal ini terus berlangsung sampai menjelang pembagian wilayah pada tahun 1946 dimana jumlah penduduk Yahudi bertambah menjadi 608.000.
Program ketiga adalah melobby berbagai pemerintahan di dunia, termasuk Daulah Turki Usmani yang pada waktu itu berkuasa di daerah Palestina. Setelah menerbitkan bukunya, Theodore Hertzl menemui Sultan Abdul Hamid II. Namun, sebelumnya, ia mendatangi Perdana Menteri Turki Utsmani untuk melakukan diplomasi dan tawar menawar kepentingan, antara kepentingan Zionisme dan kondisi pemerintahan Turki Utsmani yang terbelit hutang. Hertzl mempresentasikan keinginannya untuk mendirikan negara Israel di Palestina. Selain itu, ia juga memberikan beberapa tawaran, sebagai berikut:
Memberikan hadiah Sultan sebesar 150 juta poundsterling untuk Sultan Hamid II,
Melunasi seluruh hutang Turki Utsmani yang mencapai 33 juta poundsterling,
Menjanjikan kapal induk untuk menjaga pemerintahan Turki Utsmani yang bernilai 120 juta frank,
Memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling, dan
Membangun universitas Utsmani di Palestina.
Hertzl juga melobi Kaisar Austria Wilhelm II yang memiliki kedekatan yang sangat baik dengan Sultan Abdul Hamid II. Kaisar merekomendasikan rencana tersebut kepada Sultan Abdul Hamid II dan mengirim surat yang dikirim kepada pamannya. Setelah menerima surat tersebut, Sultan Abdul Hamid II menolak segala bentuk tawaran Theodore Hertzl. Penolakan itu dia sampaikan kepada Newlinsky, seorang wartawan dan teman dekat Theodore Hertzl.
Turki Usmani menolak, tetapi lobby berhasil meyakinkan negara-negara Eropa khususnya Inggris agar bangsa Israel mempunyai negara tersendiri. Usaha tersebut membuahkan hasil dengan keluarnya Deklarasi Balfour—seorang menteri luar negeri Inggris—pada tahun 1917 yang menyatakan Iggris bersimpati atas berdirinya sebuah national home di Palestina bagi bangsa Yahudi. Inggris mengeluarkan deklarasi itu setelah diyakinkan oleh pihak Zionis bahwa jaringan Yahudi di Amerika dan Rusia akan melobby pemerintahan kedua negara tersebut untuk mendukung Inggris pada Perang Dunia I.
Pada Perang Dunia I, lobby Yahudi terhadap Amerika dan Rusia berhasil membuat sekutu bersama dengan Inggris untuk menggempur Jerman yang saat itu berkoalisi dengan Turki Usmani. Jerman kalah, Turki Usmani pun jatuh. Pemerintahan di Palestina pun kemudian diambil oleh Pemerintah Mandat Inggris. Sesuai dengan Deklarasi Balfour sebelumnya, Inggris benar-benar mewujudkan keinginan bangsa Yahudi Israel tersebut dengan mengeluarkan peraturan yang membagi tanah Palestina untuk bangsa Arab dan bangsa Yahudi pada tahun 1937. Sampai saat itu, peraturan tersebut tidak banyak digubris karena menimbulkan penolakan yang besar dari bangsa Arab, dan Inggris pun tidak kuasa membendungnya.
Sebelumnya, pada tanggal 20 November 1922, Perjanjian Lausanne dibuka. Perundingan tersebut dihadiri delegasi pemerintahan Ankara atas nama Daulah Khilafah Utsmaniyyah dan bertindak sebagai wakil Khilafah yang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia. perundingan tersebut juga dihadiri oleh Lord Curzon, Menteri Luar Negeri Inggris, sebagai pemimpin delegasi, karena pemerintahan Lloyd George telah mengundurkan diri pada tanggal 19 Oktober 1922. Selema perundingan, pemimpin delegasi Inggris, Lord Curzon, menetapkan empat syarat sebelum menberi pengakuan atas kemerdekaan Turki. Syarat-syarat tersebut adalah:
Penghapusan Khilafah secara total.
Pengusiran Khilafah sampai keluar batas-batas negara.
Penyitaan kakayaan Kholifah.
Pernyataan sekularisasi negara.
Tidak berhenti sampai di sini, lobby Israel kemudian dilancarkan kepada Amerika pasca Perang Dunia II. Dengan dukungan Amerika, keluarlah Resolusi Majelis Umum (MU) PBB NO. 181, tahun 1947, yang membagi wilayah Palestina menjadi tiga, yaitu: Pertama, Negara Yahudi mencakup 57% dari total wilayah Palestina dan meliputi hampir seluruh area yang subur. Pertimbangan penduduk di wilayah ini adalah 498.000 Yahudi dan 497.000 Arab. Kedua, Negara Arab Palestina mencakup 42% dari total wilayah Palestina, dengan kondisi wilayah hampir semuanya berbukit-bukit dan tidak produktif. Pertimbangan penduduk di wilayah yang diperuntukkan bagi Arab Palestina ini adalah: 10.000 Yahudi dan 725.000 Arab. Ketiga, Zona Internasional, yakni Yerusalem, dengan pertimbangan penduduk 100.000 Yahudi dan 105.000 Arab. Resolusi ini dinyatakan efektif berlaku pada 15 mei 1948 dimana Inggris harus sudah angkat kaki dari bumi Palestina pada tanggal tersebut.
Inggris yang seharusnya mengkondisikan pembagian wilayah tersebut kepada bangsa Arab dan Israel, ternyata hanya menyerahkannya kepada Israel. Tepat sehari sebelum Inggris angkat kaki dari bumi Palestina, 14 Mei 1948, negara Israel diproklamirkan. Hari ini dikenal dengan hari Nakbah (berkabung), kerena pada hari inilah bumi Palestina dianeksasi (direbut paksa) oleh Israel. Pasukan Yahudi kemudian bergerak cepat mengamankan tanah-tanah yang diperuntukkan bagi mereka seraya meluaskannya ke bagian-bagian yang diperuntukkan bagi bangsa Palestina. Pasukan Arab dari Mesir, Irak, Lebanon, Suriah, dan Transjordan yang datang pada 15 Mei 1948 untuk mengamankan wilayah Palestina pun kemudian bentrok perang dengan Israel. Maka terjadilah perang selama beberapa bulan, sampai 6 Januari 1949, dengan kemenangan berada di pihak Israel. Saat itu, Israel berhasil mengasai 80% wilayah Palestina (dari yang seharusnya—berdasarkan Resolusi 181—57%) dengan hanya menyisakan Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menutup mata dengan tanpa daya dan hanya bisa menahan diri terhadap hal yang tak dapat dielakkan ini. Kasihan bangsa yahudi! Lagi-lagi mereka menghadapi tragedi. Tetapi hal seperti ini tampaknya memang nasib mereka.
Tetapi setelah beberapa minggu, suara baku tembak membuat kwalitas kemenangan Yahudi menjadi tak mengenakkan. Khawatir Peserikatan Bangsa-Bangsa membuka mata dan melihat bahwa Arab kalah perang. Cara-cara bagi tindakan cepat segera diketengahkan. Majelis Umum berkumpul di dalam sidang khusus dan Count Folke Bernaotte diutus membawa misi perdamaian ke Israel sebelum kemenangan Yahudi dapat membawa pasukan-pasukan Yahudi ke Kairo.
Rencana Israel untuk berperang ini memang sudah dilakukan sejak dikeluarkannya rencana pembagian wilayah oleh PBB pada 29 November 1947. Semua Yahudi yang berumur 17-25 tahun diperintahkan mendaftar pada dinas militer. Maka pada 15 Mei 1948, Zionis Israel telah benar-benar siap berperang dengan bangsa Arab. Hal itu ditandai dengan jumlah pasukan Zionis Israel yang lebih banyak daripada jumlah gabungan pasukan Arab. Di garis depan, jumlah pasukan Israel 27.400 orang, sedangkan pasukan negara-negara Arab hanya 13.876 orang (Mesir 2.800, Irak 4.000, Lebanon 700, Suriah 1.876, dan Transjordan 4.500). menurut dinas intelijen Amerika, ketika itu diperkirakan kekuatan pasukan Yahudi 40.000 orang dengan 50.000 milisi, sedangkan pasukan Arab 20.000 dengan 13.000 gerilyawan.
Selama periode keluarnya Resolusi 181 tahun 1947 sampai berakhirnya perang tahun 1949, perampasan, pembunuhan, dan pembantaian terhadap bangsa Palestina dilakukan oleh Zionis Israel. Pada 5 Desember 1947, David Ben Gurion, pimpinan Zionis yang kemudian menjadi Presiden Israel, memerintahkan aksi cepat untuk memperluas pemukiman Yahudi di tiga daerah yang sebenarnya diberikan PBB kepada Palestina. Gurion memerintahkan agar dalam setiap serangan yang dilancarkan sebuah pukulan yang mematikan sehingga mengakibatkan hancurnya rumah-rumah dan terusirnya penduduk.
Serangan besar Yahudi pertama terjadi pada 18 Desember 1947, ketika pasukan Haganah, angkatan bersenjata bawah tanah Yahudi, menyerang desa Khissas di bagian Utara Galilee dalam suatu serangan malam. Masih pada tahun itu juga, pembantaian dan pengusiran di waktu malam dilakukan di Baldat al-Shaikh dengan korban tewas 60 orang. Lalu penyerangan ke Yehida dengan korban 13 orang dan ke Qazaza yang menewaskan 5 orang anak-anak.
Pada tahun 1948, pembantaian terjadi di Naser al-Din. Teroris Zionis menembaki penduduk kota yang meninggalkan rumahnya. Hanya 40 orang yang lolos dari pembunuhan ini, dan desa tersebut terhapus dari peta. Kemudian terjadi lagi pembantaian di Tantura yang memakan korban 200 orang. Di Lydda dan Ramla sekitar 60.000 penduduk yang ketakutan meniggalkan tanahnya. 350 orang di antaranya tewas dalam perjalanan. Secara membabi buta Zionis Israel juga melakukan pembantaian di Dawayma, 100 orang tewas. Di Houla korban terorisme Zionisme mencapai 85 orang tewas dan di Salha 105 tewas.
Di Deir Yasin, pada malam 9 April 1948, penduduk terbangun karena perintah mengosongkan desa yang disuarakan oleh pengeras suara. Sebelum mereka mengerti apa yang tengah terjadi, mereka telah dibantai terlebih dahulu. Menurut penelitian Palang Merah dan PBB yang dilakukan berturut-turut di tempat kejadian, ditemukan fakta bahwa rumah-rumah mereka dibakar, lalu orang-orang yang mencoba melarikan diri dari api ditembak mati. Selama serangan ini, wanita-wanita hamil dicabik-cabik perutnya hidup-hidup dengan bayonet. Anggota tubuh dipotong-potong. Anak-anak juga disayat-sayat tubuhnya di depan mata ibunya, lalu mereka dibunuh dengan kepala dipenggal. Pembantaian sadis yang menewaskan 254 orang tesebut dilakukan oleh milisi Irgun dan Stren di bawah kepemimpinan Menachem Begin yang kemudian menjadi Perdana Menteri Israel. Atas tindakan brutalnya ini dia berkata: “Tidak akan ada Israel tanpa kemenangn di Deir Yassin.”
Seperti itulah bangsa Israel mendirikan negaranya. Dengan cara-cara keji teroris yang memakan korban kaum muslimin Palestina. Dengan cara-cara biadab yang merupakan upaya persiapan diri mereka untuk menghadapi perang yang kelak terjadi pada tahun 1948-1949. Dan hasilnya, kaum Zionis berhasil menguasai 80% Palestina dengan mengusir 770.000 oarang Palestina dari negerinya (dua pertiga dari 1,2 juta penduduk Palestina waktu itu). Padahal sebelumnya pada tahun 1946, menjelang pembagian wilayah Palestina, penduduk Arab yang 1.237.000 orang masih menguasai 92% tanah Palestina, sedangkan 608.000 orang penduduk Yahudi hanya menguasai 8% tanah Palestina.
Atas kebiadaban Israel tersebut, PBB menunjuk seorang penengah, Count Folke Berndotte. Setelah melakukan penyelidikan dan kajian, ia dan timnya menyampaikan laporan pada 16 September 1948 (dokumen PBB no. A. 648) tentang telah terjadinya perampasan besar-besaran, perampokan, dan penjajahan yang disebutnya telah melanggar prinsif-prinsif keadilan. Menurutnya, korban tak bersalah dari Palestina telah kehilangan haknya untuk kembali ke daerah asalnya, sementara imigran Yahudi terus membanjiri Palestina. Bernadotte menegaskan, hal ini akan menimbulkan masalah permanen samapai berabad-abad lamnya. Keesokkan harinya, Count Bernadotte beserta seorang asistennya yang berbangsa Prancis, Kolonel Serot, dibunuh di Yerusalem. (Risalah, 2012:14-19, Zen Abdurrahman 2015:122-124 dan Parker, 2007:321)
Perang Arab-Israel
Pada tahun 1967, bangsa Arab sempat tidak bisa bersabar lagi membiarakan Israel bertindak sewenang-wenang. Mereka kembali menggempur Israel pada perang enam hari. Akan tetapi kedigdayaan militer Israel, rupanya belum bisa ditembus oleh bangsa-bangsa Arab. Bahkan setelah perang, wilayah kekauasaan Israel menjadi bertambah. Ketika itu Israel berhasil menguasai seluruh Palestina; Yerusalem, Tepi Barat, dan Jalur Gaza, plus Dataran Tinggi Golan milik Suriah dan Semenanjung Sinai milik Mesir. Lalu keluarlah Resolusi PBB No. 242 pada 22 November 1967 yang mengharuskan Israel keluar dari seluruh wilayah yang diduduki dalam perang 1967, yaitu Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, Golan, dan Sinai. Padahal Resolusi PBB sebelumnya no. 181 tahun 1947 disebutkan bahwa tanah yang diperuntukkan bagi Israel sebesar 57% saja. Dengan adanya Resolusi 242 ini, maka penjajahan Israel atas 80% bumi Palestina jadi dinyatakan sah.
Dari sejak diproklamirkan Israel, perang dan pembantaian terhadap bangsa Palestina memenuhi catatan sejarah kelam umat manusia. Pada 1956 meletus perang Suez antara Arab dan Israel yang dibantu Inggris dan Prancis. Selepas perang 1967, terjadi lagi perang Atrision pada 1968-1970 antara Israel dan Mesir. Pada 1973 perang terjadi antara Israel dan Suriah memperebutkan Dataran Tinggi Golan. Pada 1978 terjadi perang antara Israel dan PLO ( Palestine Liberation Organization/Organisasi Pembebasan Palestina). Pada 1982 terjadi perang antara Israel dan Lebanon.
Di samping perang, Israel juga melakukan pembantaian. Pada tahun 1946 pembantaian King David menewaskan 92 orang. Pada tahun 1947 pembantaian Baldatus-Syaikh menewaskan 60 orang, pembantaian Yehida menewaskan 13 orang, pembantaian Khisas menewaskan 10 orang, dan pembantaian Qazaza menewaskan 5 orang anak. Pada 1948 terjadi enam pembantaian; Hotel Samirami, Nasiruddin, Tantura, Masjid Dahmash, Dawayma, Houla, Salha, dan Deir Yasin, yang menewaskan 863 orang. Pada 1956 pembantaian Khan Yunis dan Gaza menewaskan 335 orang. Pada 1981 pembantaian Fakhani menewaskan 150 orang. Yang paling tragis pembantaian di Sabra-Shatila pada tahun 1982 yang memakan korban 3.000 orang di bawah komando Ariel Sharon. Pada 1994 pembantaian Masjid Ibrahimi menewaskan 5 orang. Pada 1996 pembantaian Qana menewaskan 109 orang.
Pembantaian-pembantaian serupa terus terjadi di setiap tahunnya. Pada perang 22 hari dengan Hamas, akhir 2008-awal 2009, mereka sengaja menargetkan wartawan, sekolah, masjid, dan rumah sakit sebagai sasaran senjata. Dari 1.417 korban tewas dari pihak Palestina, 926 diantaranya penduduk sipil, termasuk 313 anak. Tim pencari fakta bentukan Dewan HAM PBB menyimpulkan Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan saat agresi ke Gaza. Namun rekomendasi komite ini mendapat penolakan dari Amerika yang memiliki veto di Dewan Keamanan PBB. Alhasil, pejabat sipil dan militer Israel tidak bisa diadili di Mahkamah Kejahatan Internasional, Den Haag, Belanda. Sejak 1970, Amerika Serikat sudah 81 kali menggunakan hak veto. Dari 81 kali veto Amerika nyaris setengahnya berhubungan dengan dukungan Amerika terhadap Israel sebanyak 39 kali.
Pada November 2012 Gaza kembali luluh lantak oleh penyerangan selama 8 hari dan menewaskan 162 orang. Meski dikutuk oleh semua warga dunia, Israel tetap saja melenggang dengan perasaan tidak berdosa. Israel memang biadab. (Risalah, 2006:4; Risalah, 2012:19; dan Dimont, 2002:341).
Klaim Yahudi Atas Tanah Palestina
Mahir Ahmad Agha menyebut setidaknya ada dua klaim kenapa Yahudi memilih tanah Palestina sebagai tempat berdirinya negara Israel ketimbang tanah-tanah yang lainnya yangada di dunia yaitu: Pertama, Klaim Yahudi bangsa pilihan Tuhan. Kedua, Klaim doktrin Tanah Yang Dijanjikan.
Pertama, Yahudi mengklaim bahwa mereka adalah bangsa pilihan Tuhan yang mana mereka menganggap bahwa mereka lebih mulia dari bangsa-bangsa lain. Mereka memandang diri mereka sendiri sebagai pemilik dunia, dihadapan Goyem (non-Yahudi) yang tidak punya hak hidup. Menurut mereka, orang-orang Goyem tidak lebih sekedar hewan yang hidup untuk mengabdi kepada bangsa Yahudi. (Sifat rasis ini yang mendorong mereka melakukan penjajahan, pembunuhan, dan pembantaian terhadap bangsa Palestina khususnya dan bangsa Arab pada umumnya, pen).
Mahir Ahmad Agha membantah klaim Yahudi tersebut dengan menyebutkan bahwa sepanjang sejarah kuno mereka, selalu berseberangan dengan ajaran nabi, bertentangan dengan ajaran rasul dan ajaran orang-orang shaleh. Bagaimana mungkin Allah menjadikan mereka bangsa pilihan dari sekian bangsa-bangsa lainnya di dunia, sedang mereka bangsa yang paling menyimpang dari agama dan ajaran-ajaran-Nya. Mereka mendustakan, membunuh para nabi dan mengubah Kitab Suci.
Kedua, Yahudi memilih tanah Palestina sebagai negara Israil dikarenakan doktrin atau klaim ‘Tanah yang dijanjikan” sebagaimana termaktub dalam Kitab Kejadian 12:7 hal 11 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia yang berbunyi, “Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman ‘Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu’. Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya”.
Kitab Kejadian 15:18-21 hal. 13, “Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman, ‘Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu”.
Kitab Yosua 21:43, “Jadi seluruh negeri itu diberikan Tuhan kepda orang Israel, yakni negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepda nenek moyang mereka. Mereka menduduki negeri itu dan menetap di sana”.
Mahir Ahmad Agha membantah klaim Yahudi tersebut bahwa tanpa mempermasalahkan isi dan untuk siapa perjanjian tersebut, mereka mengklaim bahwa ucapan Tuhan di atas ditunjukkan kepada Ibrahim, berarti ia memberikan tanah tersebut kepada Yahudi. Andai kata janji Tuhan tersebut benar adanya—keturunan Ibrahim bukan hanya Bani Israil. Orang-orang Arab, termasuk di dalamnya Muhammad saw., adalah juga keturunan Ibrahim a.s., dari Ismail a.s. Jika masalah keturunan kita persoalkan, maka bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel sekarang ini adalah Yahudi Khazar, bangsa Goyem yang memeluk agama Yahudi, bukan keturunan Ibrahim. (Agha, 2011:176-183; Zallum, 2007:194).
Melihat penjajahan, pembunuhan, dan pembantaian yang dilakukan oleh bangsa Yahudi kepada bangsa Palestina, maka Indonesia yang dalam konstitusinya melarang akan adanya penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan harus terus mengutuk Israel dan terus membantu rakyat Palestina dalam mencapai kemerdekaannya. Negara-negara yang tergabung dalam OKI begitu pula PBB harus lebih berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.
OKI termasuk juga Indonesia di dalamnya harus memutus (bila ada) hubungan dagang, hubungan bilateral dengan Israel sebagai bentuk protes dan tekanan terhadap bangsa Zionis teroris tersebut.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Zen. 2015. Tanah Yang Dijanjikan. Yogyakarta: IrCiSod. Cet. I
Agha, Mahir Ahmad. 2011. Al-Yahuud Fitnat at-Taariikh. Edisi Indonesia: Yahudi Catatan Hitam Sejarah. Pen. Yodi Indrayadi. Jakarta: Qisthi Press. Cet. XIII.
Alkitab. 2006. Yogyakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Cet. XXXXXXV.
‘Al-Areifi, Muhammad. 2011. Nihayatul ‘Alam. Edisi Indonesia: Kiamat Sudah Dekat?. Pen. Zulfi Askar. Jakarta: Qisthi Press. Cet. I
Dimont, Max I. 2002. Jews, God, and History. Edisi Indonesia: Kisah Hidup Bangsa Yahudi. Masaseni.
Katsir, Ibnu. 2015. Qishashul Anbiya’. Edisi Indonesia: Qishashu Anbiya’ Kisah Para Nabi. Pen. M. Syamsi Hasan. Surabaya: Amelia.
Katsir, Ibnu. 2007. An-Nihayah, Fitan wa Ahwal Akhir az-Zaman (Mukhtashor Nihayah al-Bidayah). Edisi Indonesia: Huru-Hara Hari Kiamat. Pen. H. Anshori Umar Sitanggal & H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. Cet. XII.
Marzdedeq, A.D.El. 2005. Parasit Akidah. Bandung: Syamil Cipta Media.
Parker, James. 2007. Sejarah Palestina. Sketsa. Cet. I.
Risalah No. 6 Tahun XXXXIV Sya’ban 1427 H / Agustus 2006 M.
Risalah No. 9 Tahun XXXXX Muharram 1434 H / Desember 2012 M.
Shihab, M. Quraish. 2010. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Cet. III.
Wabil, Yusuf. 2006. Asyrotul al-Sa-ah. Jakarta: Qisthi Press. Cet. I.
Zallum, Abdul Qodir. 2007. Kaifa Hudimatil Khilafah. Edisi Indonesia: Malapetaka Runtuhnya Khilafah. Penyunting Arief B. Iskandar. Bogor: al-Azhar Press. Cet. I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here