SEJARAH KERUNTUHAN DAULAH TURKI USMANI DAN SEKULARISME DI TURKI - PEMUDA PERSIS KAB. SUMEDANG

Breaking

Post Top Ad

Kami pemuda pembela agama Pembangkit umat yang utama Bertabligh memikat hati yang suci Berdalilkan Qur’an dan Hadis Di-tanam iman disebar amal Memimpin jiwa dan akhlaqnya Membasmi bid’ah agama Berjihad, berdakwah, beruswah)* Bersatulah bersatulah bersatulah bersatulah Hai muslimin Siapa yang menentang Islam Musnahlah dalil dan hujahnyaWeb PEMUDA PERSIS SUMEDANG

Post Top Ad

Mangga bade Iklan palih dieu

Senin, 27 Agustus 2018

SEJARAH KERUNTUHAN DAULAH TURKI USMANI DAN SEKULARISME DI TURKI


Oleh M. Nurachman 
(Wakil Ketua PD. Pemuda Persatuan Islam Sumedang)

Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaanya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar. Usamani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, disamping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
1. Latar Belakang Berdiri
Dinasti Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Pada abad ke-13 M, dalam upaya untuk menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia Islam, Sulaiman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaluddin (Dinasti Khawarizmi Syah) di Transoxiana. Jalaluddin meminta agar Sulaiman dan anggota sukunya tinggal di Asia Kecil. Masih dalam rangka menghindari serangan Mongol, mereka kemudian berpindah lagi ke Syam. Ketika sedang dalam perjalanan menuju Syam, Sulaiman Syah dan anggota sukunya ditimpa musibah, yaitu hanyut di sungai Efrat karena banjir bandang.
Kecelakaan di sungai Efrat membuat suku Qoyigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah terpecah menjadi dua: sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan. Kelompok yang melanjutkan perjalanan dipimpin oleh anak Sulaiman Syah, yaitu Erthogrol Ibnu Sulaiman Syah. Kemudian mereka mengabdi kepada Sultan Ala’ al-Din II (Dinasti Saljuk). Ketika Saljuk diserang Bizantium, Erthogrol membantu Sultan Saljuk hingga berhasil mematahkan serangan Bizantium. Karena jasa tersebut, sultan Ala’ al-Din II memberi hadiah kepada Erthogrol, yaitu Sogul (wilayah yang berbatasan dengan Bizantium). Setelah itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota. (Jaih Mubarok, 2005:173-174 & Badri Yatim, 2004 129-130).
Setelah meninggal, Erthogrol diganti oleh anaknya, Usman (1289 M). putra Erthogul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Sebagimana ayahnya, ia juga banyak berjasa pada sultan Ala al-Din II dengan kebehasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. pada tahun 1300 M, Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan Ala’ al-Din II mati terbunuh. Sepeninggal Sultan Ala al-Din II, Saljuk terpecah-pecah menjadi menjadi dinasti-dinasti kecil. Dalam keadaan yang demikian, Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Sejak itu, dinasti Usmani dibentuk dan dipimpin mereka yang pertama adalah Usman ibn Erthogrol (Usman I). Turki Usmani berkuasa sekitar 7 abad dengan 37 sultan. (Jaih Mubarok, 2005:174 & Badri Yatim, 2004:130)
2. Perluasan Wilayah
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagi Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H atau 1300 M maka Turki Usmani melakukan perluasan wilayah secara besar-besaran. Usman I menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa (Turki) tahun 1317 M, kemudian, dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Untuk kepentingan perang, Orkhan (1324-1360), pengganti Usman I, membentuk pasukan khas, yaitu Janisari (Inkisyariyat) yang terdiri atas mualaf yang berasal dari Georgia dan Armenia yang pada umumnya menganut tarekat Bektasyi. Dengan ketangguhan pasukan tersebut, Orkhan berhasil menaklukan Broessa (Turki), Izmir (Asia Kecil) tahun 1327 M, Thawasyanli tahun 1338 M, Uskandardan tahun 1338 M, Ankara tahun 1354 M, dan Gallipoli 1356 M.
Murad I (1360-1389 M), pengganti Orkhan, berhasil menaklukan Adrianopel (Turki)—yang kemudian diajadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru, Balkan, Macedonia, Sofia (Bulgaria), Salonia, dan seluruh wilayah di bagian utara Yunani. Bayazid I (1389-1402 M), pengganti Murad I, dapat merebut benteng Philadelhia, Gramania, dan Kirman (1391 M). Pada zaman Bayanid I, Turki Usmani sudah menjadi bangsa yang besar karena wilayahnya yang sangat luas dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa Timur.
Meresa cemas terhadap kemajuan eskpansi kerajaan Turki Usmani di Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun, sultan Bayanid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kriten Eropa tersebut. peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Pada tahun 1402 M, Bayanid I (Turki Usmani) diserang pasukan Timur Lenk (Mongol). Bayanid I meninggal dan pasukannya ditaklukkan oleh Timur Lenk. Bayanid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayanid di Ankara ini membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamirkan kemerdekaan.
Akibatnya adalah perpecahan keluarga Bayanid I. Muhammad I atau Muhammad Celebi (putra Bayanid I) berhasil menaklukan saudar-saudaranya dan mengambil kembali sisa-sisa kekuatan setelah ditinggalkan oleh Timur Lenk. Setelah Timur Lenk meninggal dunia 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya (Muhammad, Isa, dan Sulaiman)yang satu sama lain berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Pada tahun 1421 M, Muhammad Celebi meninggal dan diganti oleh Murad II. Murad II berhasil menaklukan Venesia, Salonika, dan Hongaria. Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad al-Fatih (1451-1484 M).
Puncak ekspansi dilakukan oleh Muhammad II (pengganti Murad II) sehingga bergelar al-Fatih (penakluk). Muhammad II berhasil menaklukan Constatinopel (1453 M) dan diganti namanya menjadi Istambul. Setelah itu, ia menaklukan Serbia, Albania, dan Hongaria. Dengan terbukannya Konstatinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa. Akan tetapi ketika sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir.
Usaha sultan Salim I ini dikembangkan oleh sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Usmani merupakan objek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapets, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada saat sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irah, Syiria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. (Jaih Mubarok, 2005:174-175 & Badri Yatim, 2004:131-133).
3. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dalam menjalankan pemerintahan, pemimpin Turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: Khalifah dan Sultan. Khalifah simbol penguasa duniawi dan khalifah adalah simbol penguasa spiritual (agama). Secara praktis, pemimpin Turki pemimpin Turki Usmani memiliki dua pembantu utama: pertama, mufti atau Syaykh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang spiritual; dan kedua, Shadr al-A’zham (perdana menteri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang duniawi.
Ulama dan sejumlah karyanya yang dihasilkan pada zaman turki Usmani adalah:
1). Mustafa Ali (1541-1599 M), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kuhn al-Akhbar, yang berisi sejarah dunia dari sejak Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki Usmani.
2). Evliya Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya dalah Seyabat Name (Buku Pedoman Perjalanan), yang berisi tentang masyarakat dan ekonomi Turki Usmani.
3). Arifi (w.1561), sejarawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name-I-Al-I Osman, yang berisi tentang keluarga raja-raja Usmani.
Selain meninggalkan buku-buku sebagai kekayaan sejarah, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjid Aya Shofia, masjid agung sultan Mahmud al-Fatih, masjid Abu Ayub al-Anshari, asjid yang beraksitektur tinggi dengan menggunakan “Kubah Batu’ )ciri gereja Kristen) yang menggambarkan persaingan antara Islam dengan Kristen.
Dalam bidang pendidikan, dinasti ini mendirikan sejumlah madrasah. Madrasah yang pertama didirikan di Izink (1331 M) dengan mendatangkan pengajar dari Iran dan Mesir. Madrasah berikutnya didirikan di Bursa, Edirne, dan Istambul. Madrasah di Turki Usmani dibentuk dengan memperlihatkan jenjang; dan materi ilmu yang diajarkan adalah bahasa Arab: nahwu dan sharaf; manthiq; teologi; hukum; astronomi; geometri; dan retorika.
4. Pembaharuan Turki Usmani
Kekalahan tentara Turki Usmani di Lepanto (1571 M) dan kegagalan dalam menaklukan Wina (1683 M) merupakan tanda pergeseran kekuatan. Militer kristen di Eropa lebih kuat dibanding dengan militer Turki Usmani. Perjanjian Kucuk Kaynarca (1774 M) memperkuat dugaan bahwa militer, teknologi, dan administrasi Eropa lebih unggul dibanding denga Turki Usmani. Solusi yang ditempuhnya adalah Turki harus mengadopsi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Eropa. Adopsi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Eropa melahirkan gerakan pembaharuan Turki.
Langkah pembaharuan yang dilakukan adalah: pertama, mengirim para pelajaran Turki Usmani untuk belajar berbagai ilmu di Eropa (terutama Prancis); kedua, pengiriman duta untuk melihat langsung kemajuan Eropa berupa pabrik (ekonomi) dan benteng pertahanan (militer), dan duta diwajibkan memberikan laporan; ketiga, mendatangkan guru dari Eropa ke Turki. De Reochefort (perwira Prancis) dipercaya untuk melatih militer Turki; Comte de Bonneval dan asistennya, Macharty dan Ramsay, dipercaya sebagai pelatih militer Turki dalam menggunakan persenjataan modern; keempat, mendirikan Sekolah Teknik Militer (1734 M); kelima, pembentukan badan penerjemahan (1717 M) di bawah pimpinan Ibrahim Mutafarika (muslim yang berasal dari Irlandia). Lembaga ini bertugas menerjemahkan buku-buku Barat ke dalam bahasa Turki; keenam, Ibrahim Mutafarika menulis sejumlah buku tentang matematika, astronomi, geografi, kedokteran, sejarah, dan agama; dan ketujuh, pendirian penerbitan dan percetakan (1712 M) yang menerbitkan buku-buku berbagai bidang ilmu.
Pembaharuan yang dipelopori oleh Husein Koprulu (1644-1702 M) dan Damad Ibrahim (1719-1730 M) – keduannya Wazir Agung, mendapat tangtangan dari Feyzullah (Syaykh al-Islam), yang pada akhirnya terjadi konflik internal. Patrona Khalol (pemimpin gerakan penentangan pembaharuan Turki Usmani) berhasil menggulingkan Damad Ibrahim (1730 M). akibatnya adalah terjadi inflasi dan ketidak stabilan internal Turki Usmani.
5. Zaman Nizam al-Jadid
Sultan Salim III (1789-1807 M), pengganti sultan Ahmad III, melanjutkan pembaharuan yang gagal karena dihambat oleh Syahkh al-Islam dengan melakukan langkah-langkah pembaharuan sebagai berikut: pertama, restrukturisasi pemerintahan sehingga efektif dan efisien dan memperjelas hubungan pusat dengan daerah; kedua, rekrutmen pegawai secara profesional dan menghilangkan pola lama yang didasarkan pada pertimbangan nepotisme; ketiga, pendirian sekolah dan bali latihan dengan mendatangkan intruktur dari Prancis; dan keempat, menghilangkan hak istimewa meliter Janisari, dan mengharuskan mereka mengikuti seleksi berdasarkan profesionalisme, dan mengikuti pendidikan dan latihan militer yang diprogram oleh sultan di bawah instruktur dari Prancis.
Gerakan pembaharuan yang diprogramkan oleh sultan Salim III mendapat perlawanan dari Janisari dan gerakan perlawanan Janisari terhadap sultan Salim III mendapat dukungan dari ulama dengan memfatwakan bahwa gerakan pembaharuan yang diprogramkan oleh sultan Salim III bertentangan dengan agama dan tradisi. Sultan Salim III berhasil dikalahkan oleh para penentangnya.
Sultan Mahmud II (1807-1808 M), pengganti sultan Salim III, melakukan pembaharuan sebagai berikut: Pertama, pembaharuan militer. Pada tahun 1826 M, Mahmud II membentuk korp tentara baru di luar Janisari dan menggunakan instruktur militer yang dikirim Muhammad Ali dari Mesir (bukan Eropa) agar tidak direspon secara negatif oleh ulama. Pembentukan korp tentara baru melahirkan pemberontakan yang dilakukan oleh Janisari. Dengan dukungan Syaykh al-Islam, Janisari dibubarkan dan tarekat Bektasyi—sebagian besar pengikutnya adalah anggota Janisari—dinyatakan sebagai aliran yang terlarang. Kedua, Penghapusan Wazir Agung dan menggantikannya dengan Perdana Menteri. Kekuasaan Wazir Agung masa lalu diserahkan pada Syaykh al-Islam. Ketiga, pembaharuan sistem hukum; disamping pemberlakuan hukum syari’ah (perkawinan dan waris), diberlakukan pula hukum sekuler. Hal ini melahirkan dua peradilan: (a) peradilan syari’ah yang diselenggarakan oleh Syaykh al-Islam; dan (b) peradilan sekuler yang diselengarakan oleh Majlich-I Ahkam-I Adliye; dan Keempat, pembaharuan pendidikan. Mahmud membentuk sekolah umum (Mekteb-I Ma’arif) yang menyiapkan siswa untuk menjadi tenaga administrasi pemerintahan; dan sekolah sastra (Mekteb-I Ulum-u Edebiye) yang menyiapkan siswa untuk menjadi penerjemah. Di samping itu, ia pun mendirikan sekolah teknik, pembedahan, dan kedokteran.
6. Masa Tanzimat
Setelah meninggal, Mahmud II diganti oleh Abdul Majid (1839-1861 M); perdana menterinya adalah Rasyid Pasha. Periode ini dikenal dengan masa Tanzimat. Pembaharuan yang dilakukan oleh Abdul Majid adalah: Pertama, pembentukan piagam Hatt-I Sherif Gulhane (1839 M) sebagai dasar pembaharuan di bidang administrasi, perpajakan, hukum, pendidikan, kaum minoritas, dan militer. Piagam ini mereduksi peran ulama sehingga melahirkan penolakan dari kalangan ulama yang ditandai dengan perang Crimea.
Kedua, setelah perang Crimea ini berakhir, pemerintah membentuk piagam Hatt-i Humayun (1856 M) yang mengakomodir hak-hak minoritas. Akan tetapi, piagam ini pun mendapat reaksi keras dari ulama dan kelompok penduduk yang berpendidikan Barat yang tergabung dalam Usmani Muda (Yeni Osmanliar). Tujuan utama Usmani Muda adalah mendirikan pemerintahan Konstitusional dan memperbaharui hukum Islam. Keadaan semakin diperparah oleh sultan Abdul Aziz (1861-1876 M), pengganti Mahmud II, karena bersikap anti Barat.
Kematian Perdana Menteri Ali Pasha (1871 M), menandai berakhirnya Tanzimat. Kedekatannya dengan Usmani Muda, membuat Ali Pasha selalu bentrok dengan sultan. Pada tahun 1876 M, sultan Abdul Aziz diturunkan dari jabatan sultan melalui fatwa Syaykh al-Islam dan digantikan oleh Murad V atas dukungan Usmani Muda. Akan tetapi, Murad V tidak berhasil memimpin Turki Usmani meskipun didukung oleh sejumlah pemikir dari kalangan Usmani Muda. Akhirnya Syaykh al-Islam mengeluarkan fatwa yang isinya menurunkan Murad V dari jabatan khalifah dengan alasan sakit mental; dan penggantinya adalah sultan Abdul Hamid (31 Agustus 1876) dan Perdana Menterinya adalah Mihdat Pasha (tokoh Usmani Muda).
Pada tanggal 23 Desember 1876, sultan Abdul Hamid menandatangani pemberlakuan Konstitusi Turki dengan mencontoh Belgia. Akan tetapi, antara Usmani Muda dengan ulama tradisional terjadi perbedaan perbedaan faham mengenai musyawarat, syariat, dan bid’at. Akibatnya adalah konstitusi yang sejak awal ditujukan untuk membatasi kekuasaan sultan, melahirkan kekuasaan sultan Abdul Hamid yang absolut konstitusinal.
7. Turki Muda dan Perang Dunia I
Pembaharuan yang dilakukan oleh sultan Abdul Hamid atas dukungan Usmani Muda tidak memuaskan sejumlah pemikir yang tergabung dalam Turki Muda. Turki Muda berhasil melaksanakan revolusi (24 Juli 1908) melalui partai Ittihad ve Terekki yang dibentuk untuk menjatuhkan sultan pada tahun 1907 di Paris.
Setelah berkuasa, Turki Muda terbagi menjadi dua: Pertama, Turki Muda Liberal yang menghendaki sistem pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah (desentralisasi); dan Kedua, kelompok Turki Muda yang tergabung dalam partai Ittihad ve Terekki (pemenang pemilu 1908 M) yang ingin mempertahankan sitem pemerintahan sentralistik.
Dalam keadaan yang kacau, wilayah-wilayah di bawah Turki Usmani mulai melepaskan diri: Bulgaria menyatakan merdeka, Greta menggabungkan diri dengan Yunani, Austria manggabungkan diri dengan Bosnia dan Herzegovina. Pada bulan April 1909, partai Ittida-I Muhammadi, partai politik yang dipimpin oleh Dervish Vahdeti (pengikut tarekat Bektasyi) yang menyatakan diri sebagai pejuang setia kepada syariat dan menuduh Turki Muda sebagi telah meruntuhkan syariah dan khilafah, melakukan pemberontakan. Akhirnya sultan Adbul Hamid diturunkan dari jabatannya oleh Syaykh al-Islam karena dianggap provokator pemberontakan tersebut.
Pada pemilu 1912 M, partai Ittihad ve Terekki tampai sebagai pemenang. Enver Pasha (menteri urusan perang dari partai Ittihad ve Terekki) melibatkan diri dalam perang Balkan dan bersekutu dengan Jerman. Karena perang Balkan, Turki kehilangan banyak wilayah karena memerdekakan diri. Setelah perang Balkan usai, Enver dan Talaat mengajukan program kepada kabinet, yaitu turut serta dalam Perang Dunia. argumennya adalah: pertama, perang ini diharpakan jadi media untuk merebut kembali daerah-daerah yang sudah memerdekakan diri; dan kedua, perang ini dapat menjadi media untuk menghidupkan kembali khilafah Islam dengan sistem federasi.
 Perang Dunia I terjadi mulai tanggal 2 Agustus 1914 M di Eropa. Turki bersekutu dengan Jerman. Tanggal 23 November 1914 M, Turki melalui Syaykh al-Islam, mengumumkan perang suci dengan harapan mendapat dukungan umat Islam secara luas. Akan tetapi, perang ini membuat umat Islam terkotak-kotak: umat Islam Tatar bekerjasama dengan Rusia; umat Islam Aljazair dan Senegal bekerjasama dengan Prancis; umat Islam India bekerjasama dengan Inggris; dan bangsa Arab juga bekerjasama dengan Inggris.
Perang ini juga menjadi bencana bagi Turki Usmani karena melahirkan gerakan yang berusaha melepaskan diri dari Turki. Pertama, revolusi Arab, Syarif Husain menyatakan perang terhadap Turki (5 Juni 1916) dan tentara Turki terusir dari Mekkah, Jeddah, dan Madinah. Kedua, bangsa Syiria dan Transyordan bangkit melawan Turki—karena terpengaruh oleh revolusi Arab; dan ketiga, terjadi pembelotan yang dilakukan oleh tentara yang berasal dari suku Arab. Setelah terjadi kerusuhan dalam negeri dan sebagian wilayah dikuasai oleh tentara sekutu; para pemimpin Turki Muda berakhir dengan kegagalan dalam memperbaiki Turki Usmani. Kabinet membubarkan diri; dan lahirlah perdana menteri baru, Ahmad Izzet Pasya, yang berusaha memperbaiki keadaan Turki dengan melakukan perdamaian dengan pihak-pihak pemenang dalam Perang Dunia I.
8. Gerakan Nasionalisme dan Peran Kemal Atatruk
  Harun Nasution menginformasikan bahwa di Turki Usmani terdapat tiga aliran pembaharuan: aliran Barat, aliran Islam, dan aliran Nasionalis. Menurut aliran Barat, Turki mundur karena bodoh; dan kebodohan itu disebabkan oleh syariat yang menguasai seluruh segi kehidupan bangsa Turki. Oleh karena itu, Turki akan maju apabila menjadikan Barat sebagai guru. Pendapat tersebut ditentang oleh aliran Islam. Menurutnya, agama (syariat Islam) tidak pernah menjadi pengahalang kemajuan; Turki justeru mundur karena tidak menjalankan syariat Islam. Oleh karena itu, syariat mesti diberlakukan di Turki agar Turki bisa maju. Sedangkan Nasionalis berpendapat bahwa Turki mundur disebabkan oleh keengganan umat Islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. Di aantara tokoh aliran Barat adalah Tewfik Fikret (1867-1951); di antara tokoh aliran Islam adalah Mehmed Akif (1870-1936); dan diantara tokoh aliran Nasionalis adalah Zia Gokalp (1875-1924).
Setalah Perang Dunia I, Mustafa Kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki Selatan. Tugasnya adalah merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kemal berhasil memukul mundur tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Bersama teman-temannya, Mustafa kemal mulai menentang sultan di Istambul karean pemerintahnya dianggap banyak tidak sejalan dengan kepentingan nasional Turki; karena sultan di Istambul berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan kehendak mereka. Oleh karena itu, ia mendirikan pemerintahan tandingan di Anatolia dengan mendeklarasikan pernyataan-pernyataan berikut:
1. Kemerdekaan tanah air dalam keadaan bahaya.
2. Sultan tidak dapat menjalankan pemerintahan karena berada di bawah kekuasaan sekutu.
3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4. Gerakan pembela tanah air harus dikoordinir oleh panitia nasional.
5. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut, perlu diadakan kongres.
Karena pernyataannya tersebut, Mustafa Kemal diperintahkan untuk datang ke Istambul; tetapi ia menolaknya. Karean penolakan itu, ia dipecat dari jabatannya sebagai panglima. Mustafa keluar dari militer, kemudian ia terpilih sebagai ketua Perkumpulan Pembela Hak-hak Rakyat cabang Erzurum. Kongres pertama diadakan di Erzurum yang merekomendasikan untuk membela, mempertahankan keutuhan tanah air, dan perlu diadakan rapat Majelis Nasional dalam waktu yang secepatnya. Kongres kedua diadakan di Sivas. Dalam kongres ini diputuskan bahwa Turki harus merdeka (bebas dari kungkungan asing) dan untuk itu dibentuk Komite Perwakilan Rakyat, dan Mustafa Kemal terpilih menjadi ketua.
Golongan Nasional menjadi pemenang dalam pemilu; dan Majelis Nasional Agung (MNA) berhasil dibentuk (1920 M). dalam sidang Majelis Nasional Agung di Ankara, Mustafa Kemal terpilih menjadi ketua. Dalam sidang tersebut dilahirkan sejumlah keputusan sebagai berikut:
1. Kekuasaan (kedaulatan) tertinggi berada di tangan rakyat Turki.
2. MNA adalah perwakilan rakyat tertinggi.
3. MNA bertugas sebagai badan legislatif dan eksekutif.
4. MNA bertugas memilih di antara sesama anggota untuk menjadi anggota Majelis Negara (MNA) yang bertugas menjalankan pemerintahan.
5. Ketua MNA merangkap sebagai ketua MN.
Mustafa Kemal memimpin Turki dengan jargon: westernisme, sekularisme, dan nasionalisme. Pembeharuan-pembaharuan yang dilakukannya adalah: pertama, pemisahaan antara pemerintahan dengan agama (sekularisasi). Ide ini diteriam oleh MNA (1920 M). Kedua, kedaulatan Turki bukan ditangan Sultan, tapi ditangan rakyat. Ketiga, jabatan Khalifah dipertahankan, tapi hanya memiliki kewenangan spritual; sedangkan kewenangan duniawinya (sebagai sultan) ditiadakan (1922 M). Keempat, khalifah Wahid al-Din melarikan diri dibawah perlindunagn Inggris, karena tidak setuju dengan keputusan MNA yang dipimpin Mustafa Kemal. Khalifah Wahid al-Din dipecat dari jabatannya karena dianggap sebagai pengkhianat, dan Abdul Madjid diangkat sebagi penggantinya. Kelima, merubah bentuk negara dari bentuk Khilafah menjadi republik, dan Islam menjadi agama negara (1923 M). Keenam, karena Khalifah dianggap membangkang karena melakukan kegiatan-kegiatan politik, seperti menerima tamu dari negara lain, mengirim duta ke luar negeri, dan mengadakan upacara kebesaran pada hari Jumat, dan tetap tinggal di istana Istambul, MNA memutuskan bahwa jabatan khalifah dihapus karena dianggap melahirkan dualisme kepemimpinan (3 Maret 1924 M) dan khalifah Abdul Madjid beserta keluarganya meminta suaka ke Swiss. Pada malam hari, Gubernur bersama satu pasukan dari kesatuan polisi dan militer mendatangi Istana Khalifah dan memaksa Khalifah masuk ke dalam mobil yang kemudian membawanya melintasi perbatasan menuju Swiss, setelah ia dibekali satu koper berisi beberapa potong pakaian dan sejumlah uang. Dua hari kemudian, Musthafa mengumpulkan seluruh pangeran dan putri Sultan, kemudian mendeportasinya ke luar negeri. Ketujuh, Turki mendeklarasikan sebagai negara sekuler dengan menghapus Islam sebagai agama negara (1937 M).
Sebelum menjadi negara sekuler, Mustafa Kemal telah meniadakan institusi-institusi keagamaan dalam pemerintahan dan wakaf kaum Muslim menjadi milik negara: (a) penghapusan Biro Syaykh al-Islam (1924 M); (b) penghapusan Kementerin Syariat; dan (c) penghapusan Mahkamah Syariat.
Sebagai bagian dari proses sekularisasi, Mustafa Kemal kemudian memutuskan untuk: (a) tanggal 1 November 1922 sultan Turki Usmani diturunkan dari singgasananya (b) tahun 1925 orang-orang dilarang memakai fez, rumah-rumah Darwisj, kuburan-kuburan keramat ditutup (c) meniadakan pelajaran bahasa Arab dan Persia di sekolah-sekolah (1928); (d) 10 April 1928 dinyatakan bahwa Islam bukan agama negara dan agama menjadi urusan personal (e) meniadakan pendidikan keagamaan di sekolah-sekolah; (f) sekolah-sekolah agama diubah menjadi sekolah umum dibawah pengawasan Kemeterian Pendidikan; (g) penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Turki agar dipahami oleh masyarakat; (h) khutbah Jumat harus dilakukan menggunakan bahasa Turki (1933).
Semua itu bermula dari perjanjian Lausanne pada tanggal 20 November 1922 yang mana Inggris akan mengakui kemerdekaan Turki bila memenuhi empat syarat yaitu:
1. Penghapusan khilafah secara total.
2. Pengusiran khilafah sampai keluar batas-batas negara.
3. Penyitaan kekayaan khalifah
4. Pernyataan sekulerisasi negara
Mustafa Kemal meninggal tahun 1938. Usaha pembaharuan yang dilakukannya, diteruskan oleh para pengikutnya. (Jaih Mubarok, 2005:175-187; Soekarno, 1965 I:435-443; dan Abdul Qadim Zallum, 2007:194&202-203). Wallahu a’lam bishshowab.







Daftar Pustaka
Mubarok, Jaih. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quaish. Cetakan II.
Soekarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi. Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi. Cetakan IV.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cetakan XVI.
Zallum, Abdul Qadim. 2007. Kaifa Hudamatil Khilafah. Edisi Indonesia: Malapetaka Runtuhnya Khilafah. Bogor: al-Azhar Press. Cetakan I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here