MENCARI SOSOK IDOLA - PEMUDA PERSIS KAB. SUMEDANG

Breaking

Post Top Ad

Kami pemuda pembela agama Pembangkit umat yang utama Bertabligh memikat hati yang suci Berdalilkan Qur’an dan Hadis Di-tanam iman disebar amal Memimpin jiwa dan akhlaqnya Membasmi bid’ah agama Berjihad, berdakwah, beruswah)* Bersatulah bersatulah bersatulah bersatulah Hai muslimin Siapa yang menentang Islam Musnahlah dalil dan hujahnyaWeb PEMUDA PERSIS SUMEDANG

Post Top Ad

Mangga bade Iklan palih dieu

Sabtu, 11 Agustus 2018

MENCARI SOSOK IDOLA

Oleh: M. Nurachman 

(Ketua PC. Pemuda Persatuan Islam Sumedang Selatan masa jihad 2014-2017). 


K.H. Zainudin M.Z pernah memberikan tausyiahnya mengenai tokoh idola. Apabila seseorang mengidolakan Mike Jager pasti ia sebisa mungkin akan mirip mike jager. Mulai dari gaya pakaiannya, bicaranya dan lain sebagainnya. Tidak mungkin kerika dia mengidolakan mike jager tapi gaya ataupun kepribadiannya meniru Michael Jackson. Artinya idola akan mencerminkan kepribadian seseorang. Karena itu kita jangan sampai salah dalam mencari idola, carilah idola yang baik supaya kita yang mengidolakannya menjadi baik.
Data terbaru menunjukkan di tahun 2009 lebih 40 orang bunuh diri setiap harinya di Korea Selatan. Salah satu penyebabnya adalah faktor panutan. Ketika seorang selebritis bunuh diri, penggemar mereka akan mengikuti aksi sang idola. Yang mengkhawatirkan, banyaknya kasus bunuh diri di kalangan selebritis menimbulkan kecenderungan serupa di kalangan penggemar mereka. Sejak kematian aktris Lee Eung-Ju pada 2005, tingkat bunuh diri dikabarkan mengalami peningkatan cukup signifikan. (Archan, Say No To Galau hal. 26).
Willy Wong dan Andri Hakim berkata, “Gejala penyakit yang diderita seorang manusia sebenarnya berasal dari salah satu atau sekumpulan sebab yang sangat berkaitan dengan pikiran bawah sadar seseorang.......dalam kasus tertentu, seorang anak muda yang benar-benar mengagumi idolanya akan bertingkah laku persis seperti tokoh idolanya tersebut. jika kebetulan tokoh idolanya itu sering sakit-sakitan, sinyal tokoh idola itu bisa masuk ke pikiran bawah sadar si anak muda yang mengidolakannya. Kemuidan, pikiran bawah sadar anak muda itu akan memberikan respons sakit ke tubuhnya”. (Willy Wong & Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis hal. 101-106).
Kebiasaan mencontoh atau meniru pada tokoh idola merupakan sesuatu yang bersifat naluriah. Dalam ilmu psikologi disebut dengan dorongan (drive). (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu antropologi hal. 88-89).
Dapat dibayangkan dampak yang akan terjadi bila kita salah dalam mengagumi atau mengidolakan seseorang. Maka dari itu jangan salah dalam memilih sosok idola karena akan mempengaruhi lahir dan batin.

Setidaknya ada 10 kriteria dalam memilih idola atau tokoh anutan:
1. Harus jelas bahwa dia adalah tokoh yang memang ada.
2. Segala pernak-pernik kehidupannya harus lengkap tercatat secara objektif, tanpa ‘bumbu-bumbu palsu’ dan ‘pemanis buatan’.
3. Sisi kehidupannya sedapat mungkin sesuai dengan kondisi kita.
4. Kita pilih yang kehidupannya tanpa cacat, terutama di penghujungnya.
5. Dia harus benar-benar bisa dan mungkin untuk dicontoh. (Salim A. Fillah, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan hal. 12).
6. Generasi selanjutnya akan mengenal dia.
7. Mempunyai gelar bagus.
8. Namanya selalu disebut setiap waktu.
9. “Karyanya” selalu dibaca, di hafal dan dipelajari.
10. Ia akan membahagiakan kita.
Pertama, pasti Anda setuju bahwa Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa salam  adalah figur sejarah yang kesejarahannya tak terbantahkan. Beliau bukan tokoh fiktif, rekaan, mitos, legenda ataupun cerita rakyat. Beliau nyata.
Kedua, tak ada satu pun tokoh sejarah yang riwayat hidupnya, tindak-tanduknya, ucapannya, cara hidupnya, dan seluruh pernik kesehariannya tercatat selengkap beliau. Bahkan catatan itu pun dibuat seteliti mungkin, dibersihkan dari praduga, kira-kira dan segala syak wasangka. Dan andai kita pernah membohongi ayam, kambing, atau unta dengan, “kur...kur...kur!” misalnya, Imam al-Bukhori atau Iamam Muslim bin Hijjajakan mencoret nama kita dari daftar orang yang dipercaya periwayatannya tentng beliau SAW.
Ketiga, ada alasan lain yang membuat seorang muslim tidak bisa tidak harus menjadikan sebagai uswah dan qudwah. Kehidupan beliau begitu multi dimensi, merangkum semua kemuliaan yang harus dimiliki seorang mukmin dalam posisi apapun yang ia duduki. Kaya iya, miskin juga sering. Bangsawan iya, tapi hidupnya menjelata. Administrator iya, orang lapangan juga iya. Orasinya memukau, sifat pendiamnya mempesona. Pemberani sangat, pemalu pun sangat. Menjadi suami yang membina rumah tangga dengan satu istri dan lebih tua, pernah. Dengan beberapa istri yang lebih muda, juga pernah.
Keempat, malu rasanya kalau harus mengganti posisinya sebagai uswah dengan tokoh apa pun yang tak jelas, apalagi yang jelas punya cacat. Sekali lagi, hanya beliau satu-satunya tokoh sejarah yang seluruh sisi perjalanan hidupnya lengkap tercatat, dan sungguh semua itu tanpa cacat!!!.
Kelima, bahwa beliau adalah manusia, tentu menjadi alasan tersendiri untuk dicontoh ummatnya yang juga sama-sama manusia. Ummat ini beruntung, tidak diperintahkan untuk meneladani Malaikat, ‘manusia setengah dewa’ dalam mitos dan legenda seperti di Yunani, ataupun meniru para ‘titisan dewa’ dalam Ramayana dan Mahabharata. Ummat ini diperintahkan untuk mencontoh sesamanya, yaitu seorang manusia lain yang berpredikat hamba Allah dan Rosul-Nya. (Salim A. Fillah, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan hal. 12-14).
Keenam, setelah Muhammad Rosulullah wafat sampai hari kiamat nanti, orang-orang akan mengenali siapa beliau. Berbeda halnya ketika kita mengidolakan seseorang selain beliau, apakah orang yang hidup 50 tahun akan datang akan mengenali dia ataukah tidak?
Ketujuh, sejak kecil sampai menginggal Muhammad Rosulullah sudah diberi gelar al-Amin (jujur, dapat dipercaya). Gelar ini belum ada sebelum dan sesudahnya sampai sekarang dan nanti. Muhammad adalah nama yang paling banyak dipakai oleh manusia di seluruh dunia.
Kedelapan, nama beliau selalu disebut setiap saat. Keitka adzan, wudhu, sholat, membaca hadits dan lain sebagainya. Selain itu beliau juga setiap saat setiap waktu selalu di doa kan. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang didoakan melebihi beliau.
Kesembilan, al-Quran dan hadits setiap saat setiap waktu dipelajari, dibaca, dihafal. Tidak ada 1 buku pun didunia ini yang dibaca, dihafal dan dipelajari melebihi al-Quran dan hadits.
Kesepuluh, ketika kita mengidolakan Muhammad Rosulullah, kita akan dibahagiakan olehnya dengan ikut masuk bersama beliau ke surga dengan segala kenikmatan di dalamnya, sebagaimana janji beliau dalam sabdanya,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ ثُمَّ قَالَ لِي يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ


Dari Anas berkata; sesungguhnya Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Wahai anakku, jika engkau mampu berada dipagi dan sore hari dengan tidak punya niat untuk menipu seseorang, maka lakukanlah. Kemudian beliau bersabda: “Wahai anakku! Itu adalah sunnahku dan siapa yang mencintai sunnahku berarti mencintaiku, siapa mencintaiku,  ia akan bersamaku di surga”. H.R. Tirmidzi.
Lain halnya ketika kita mengidolakan seseorang selain beliau, jangan berharap kita akan masuk ke rumahnya, diajak jalan-jalan keliling kota, untuk bertemu saja susah karena dijaga oleh bodyguard. Itu karena idola kita masih hidup, entah ketika kita meninggal dia bisa membahagiakan kita atau tidak.
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
“Sungguh telah ada bagi kalian, pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik. Bagi orang yang mengharapkan berjumpa dengan Allah, dan hari akhir. Dan dia banyak mengingat Allah.” Q.S. Al-Ahzab (33): 21.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤
“Dan sesungguhnya, engkau berada di atas akhlaq yang agung.” Q.S. Al-Qolam (68): 4.
Banyak ilmuan timur dan barat membut penelitian dan buku tentang beliau. Michael H. Hart seorang ahli falak, astronom, ahli sejarah yang notabene seorang yang beragama Kristen menempatkan Rosulullah SAW di urutan  nomer satu dari seratus orang yang berpengaruh di dunia, diatas Isac Newton, Nabi Isa dan Budha. (Lihat buku Michael H. Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia & K.H. Firdaus A.N, Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah hal. 161)
Beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 23 Juli 2012 ratusan orang mengidolakan pelaku dosa besar (pezina), mereka rela bermalam, berdesak-desakkan dan menyambut pelaku zinah tersebut di lapas Bandung. Padahal seharusnya sang idola tersebut di rajam. Mereka semestinya melemparinya dengan batu sampai meninggal bukan malah menyambutnya. Fenomena ini yang meenyulut pernyataan sekretaris umum MUI Jabar, Raffani Achyar yang menilai bahwa sebagian masyarakat telah “sakit”. (Harian Umum Tribun Jabar. Selasa, 24 Juli 2012 Hal. 1).
Sebelum wafatnya, K.H. Zainudin M.Z ketika diwawancarai salah satu stasiun TV swasta nasional mengatakan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis idola. Sebagaimana di sebutkan di atas bahwa idola sangat mempengaruhi kehidupan seseorang bahkan sampai ke taraf “penularan penyakit”. Maka sangat wajar bila kita mengidolakan Rosulullah yang semasa hidupnya hanya tercatat satu kali mengalami sakit yaitu menjelang ajal menjemputnya itupun tidak lepas dari syariat dan skenario Allah subhanahu wa ta’ala.
Apabila kita ingin mengetahui pernak-pernik idola kita, maka kita harus punya atau minimal membaca biografi idola kita tersebut. Jangan sampai ketika kita mencintai Muhammad  Rosulullah, kita tidak punya biografinya, membaca pun tidak pernah. Bagaimana kita mengidolakan, lebih jauhnya meniru gerak-geriknya apabila kita tidak tahu biografinya. Salim A. Fillah berkata, “Banyak membaca biografi sangat mudak membentuk karakter seseorang.” (Salim A. Fillah, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan hal. 11).
Dalam Q.S. Ali Imron (3): 31, Allah telah memberikan kita tuntunan bagaimana cara kita mencintai Allah dan RosulNya:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١
“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Jadi cara mencintai Allah ialah mengikuti Muhammad Rosulullah, yang perlu digaris bawahi di sini yaitu ’mengikuti’. Yang disebut mengikuti ialah di belakang, apa-apa yang Rosulullah dan para sahabatnya amalkan, kita amalkan dan apa-apa yang Rosulullah dan para sahabatnya tidak amalkan maka jangan kita amalkan. Konsekuensi dari mencintai Rosul yaitu dengan mencintai apa-apa yang Rosul cintai dan membenci apa-apa yang Rosul benci, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Rojab,
Ibnu Rojab berkata, “ Barangsiapa yang mencintai Allah dan Rosul-Nya yang benar-benar muncul dari hatinya, maka wajib mencintai apa yang dicintai Allah dan Rosul-Nya, membenci apa yang dibenci Allah dan Rosul-Nya, murka kepada apa yang dimurkai Allah dan Rosul-Nya dan mengamalkan apa yang menjadi konsekuensi cinta dan benci tersebut”. (Abu Abdurrahman al-Atsari, Memusuhi Penguasa Murtad hal. 35).
.......وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٧
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” Q.S. al-Hasyr (59) : 7.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.......
“......tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya.” H.R. Bukhori dan Muslim.
Hadits ini menjelaskan cinta yang suci murni apabila kita mengidolakan seseorang. Kita harus lebih mencintai Muhammad Rosulullah dibanding yang lainnya. Ketika ada ayat Qur’an atau Hadits yang menyuruh atau melarang sesuatu kita harus menjalankan Quran dan Hadits tersebut. Jangan sampai kecintaan kita terhadap orang tua, istri dan anak membuat kita kalah oleh mereka. Ketika Rosulullah melarang sesuatu yang menjadi kebiasaan orang tua, istri dan anak, kita harus berani memperbaiki mereka, jangan dayuts (membiarkan kemungkaran yang dijalankan oleh istri).
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هِشَامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَر
“Abdullah bin Hisyam bercerita: Suatu saat kami bersama Nabi, beliau memegang tangan Umar bin Khoththob. Umar seraya berkata: Ya Rosulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu, kecuali aku lebih mencintai diriku. Kata Nabi: Tidak. Demi diriku yang berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri. Kata Umar: Maka sekarang demi Allah, sungguh engaku lebih akau cintai daripada diriku sendiri. Sabda Nabi: Sekarang ya Umar.” H.R. Bukhori dan Ahmad.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Tiga perkara, siapa yang ada padanya, ia akan merasakan nikmatnya iman: Menjadikan Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai daripada keduanya, Ia mencintai seseorang karena Allah dan Ia benci kembali kepada kekufuran, sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka.” H.R. Bukhori dan Muslim.
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ ثُمَّ قَالَ لِي يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ
Dari Anas ia berkata; sesungguhnya Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Wahai anakku, jika engkau mampu berada dipagi dan sore hari dengan tidak punya niat untuk menipu seseorang, maka lakukanlah. Kemudian beliau bersabda: “Wahai anakku! Itu adalah sunnahku dan siapa yang mencintai sunnahku berarti mencintaiku, siapa mencintaiku,  ia akan bersamaku di surga”. H.R. Tirmidzi.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَائِمَةٌ قَالَ وَيْلَكَ وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ....
“Dari Anas sesungguhnya seorang arab badui mendatangi Rosulullah. Bertanya tentang hari kiamat. Rosulullah bertanya: Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu? Orang badui menjawab: Ya, Rosulullah, aku tidak memiliki apa-apa, tetapi aku mencintai Allah dan RosulNya. Mendengar perkataan itu, Rosulullah berkata: Engkau bersama orang yang kau cintai......” H.R. Bukhori.
Kita sering terjebak oleh anggapan bahwa setiap perbuatan Nabi harus kita contoh. Tidak demikian sesungguhnya.
Ahli ushul fiqih membagi fi’lu an-Nabiy (perbuatan nabi) menjadi 3 kategori:
1. Jibliyyah, yaitu watak, tabiat, bakat atau pembawaan kemanusiaan, seperti batuk, senyum, duduk, berdiri, berjalan kaki atau yang lainnya yang berkaitan dengan tabiat kemanusiaan yang sebelum jadi Nabi juga Nabi sudah melakukannya. Dalam hal ini, pada dasarnya idak mesti kita mencontoh Nabi kecuali jika ada perintah langsung dari Nabi.
2. Qurbah yaitu perbuatan yang berkaitan dengan ibadah langsung kepada Alah, seperti sholat, shoum, haji atau yang lainnya yang belum dilakukan oleh Nabi sebelum beliau menjadi Nabi. Dalam hal ini pada dasarnya mesti mencontoh Nabi kecuali dalam hal-hal yang khusus untuk Nabi seperti sholat Tahajjud, bagi Nabi wajib sedangkan bagi ummatnya sunnat.
3. Tho’at, yaitu perbuatan yang tidak murni Jibliyyah dan tidak murni Qurbah, seperti halnya pernikahan, tidak murni Jibliyyah, karena terdapat perintah-perntah Nabi di dalamnya tidak murni Qurbah karena orang kafir juga menikah. Dalam hal ini, pada dasarnya mesti mengikuti petunjuk Nabi kecuali jika ada hal-hal yang khusus untuk Nabi, seperti menikahlebih dari 4 istri, puasa wishol (puasa sepanjang masa), dll.
Demikianlah para ahli ushul fiqih mengkategorikan perbuatan-perbuatan Nabi. Jadi tidak selamanya perbuatan Nabi mesti dicontoh oleh ummatnya. (A. Zakaria, Haramkah Isbal? Dan Wajibkah janggut? Hal. 92-93).
Nabi menyukai gamis yang yang berwarna putih, berlengan panjang sampai pergelangan, dan ke bawahnya sampai di atas mata kaki. Nabi juga suka memakai pakaian berwarna merah. Nabi bersorban dan suka mengukurkannya sampai kedua pundak dan Nabi pernah memakai sorban yang hitam. Nabi berambut panjang sampai kedua pundaknya dan suka di semir dengan warna hitam kemerah-merahan. Nabi berjenggot lebat dan terdapat uban kira-kira tujuh belas atau dua puluh lembar di jenggotnya. Nabi suka memakai cincin dari perak diletakkan di tangan kanannya sedangkan mata cincinya di arah telapak tangannya dan bertuliskan “Muhammad Rasululloh”. Nabi suka memakai khuf atau sandal hitam yang kedua talinya dilipat. Nabi suka berjalan kaki dengan cepat sambil menggoyangkan badannya seolah-olah turun dari tempat yang tinggi.
Seluruh penampilan Nabi tersebut tentu saja tidak wajib diikuti oleh umatnya dan ketika diikuti tidak pula menjadi sunnah, bahkan mungkin untuk kondisi sekarang ada yang kurang cocok, seperti berbaju merah atau berambut merah. Itupun Nabi lakukan karena ingin berbeda penampilan dengan Yahudi saat itu.
Sebagai pedoman dalam berpakaian, maka hendaklah kita berpegang kepada prinsif; “Asal ketentuan dalam berpakain itu boleh kecuali apa yang diharamkan oleh Allah dan Rosul-Nya”. Untuk kondisi sekarang, tentu saja disesuaikan dengan kriteria baik atau tidaknya menurut orang-orang yang berakhlaq baik dewasa ini. (A. Zakaria, Haramkah Isbal? Dan Wajibkah Janggut? hal. 101-102).
Kita harus bisa mengklasifikasikan mana Jibliyyah, Qurbah dan Tho’ah. Yang sunnah itu menutup auratnya atau gamisnya? Yang sunnah itu rambut panjang dan dimerahinya atau tidak tasyabuhnya (menyerupai orang non Islam)?
Harus bisa mengklasifikasikan juga mana ibadah mana keduniaan, mana Muhammad Rosulullah (dalam arti wahyu) mana Muhammad bin Abdullah (dalam arti kemanusiaan).
“Ketika perang badar, sahabat bernama al-Khubbab ibnu Mundzir bertanya: ‘Apakah tempat ini tempat yang ditujukkan Allah untuk engkau jadikan markas atau ini adalah berdasarkan nalar, strategi perang dan tipu muslihat?’ Nabi menjawab: ‘Ini berdasarkan nalar, strategi perang dan tipu muslihat’. Maka al-Khubbab mengusulkan tempat lain dekat sumber air dan usul tersebut diterima Nabi.” H.R. Hakim.
“Ketika Rosul menyarankan kepada Buroiroh, seorang wanita yang tadinya budak kemudian dimerdekakan agar kembali kepada suminya Mughits, sang bekas istri bertanya: Apakah itu perintah darimu ya Rosulullah, atau engkau perantara yang meminta? Nabi menjawab: Aku hanya perantara yang meminta. Buroiroh kemudian menegaskan: Aku tidak akan bersama dia lagi.”
“Ketika di perkebunan kurma, Rosulullah menyuruh petani kurma untuk menyilang-nyilangkan kurma mereka. Tetapi hasilnya malah menjadi jelek, maka Rosulullah pun berkata: Kamu lebih tahu tentang keduniaan.”
Perintah Rosul tadi bukan berdasarkan wahyu hanya perkiraan beliau saja. Wallahu ‘alam bi showwab.

SUMBER BACAAN:
1. Abu Abdurrahman al-Atsri, al-Haqq wal Yaqiin fii ‘Adaawaat at-Thoghoot wal Murtaddiin. Edisi Indonesia: Memusuhi Penguasa Murtad. Pen: Wahyudin bin Rasyidin. Media Islamika, 2008. Cet. I.
2. Archan, Say No To Galau. Raih Asa Sukses Bogor, 2012. Cet. I.
3. Departemen Agama RI, Terjemah dan Tafsir al-Qur’an. J-ART, 2005.
4. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Bukhori, Shohih Bukhori. Darul Fikr Bairut, 2003.
5. Abu Husain Muslim bin Hijaj, Shohih Muslim. Darul Fikr Bairut, 2007.
6. A. Zakaria, Haramkah Isbal? Dan Wajibkan Janggut?. Ibnu Azka Press Garut, (tt).
7. Harian Umum Tribun Jabar. Selasa, 24 Juli 2012 Hal. 1.
8. K.H. Firdaus A.N, Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah. CV. Pedoman Ilmu Jaya Jakarta, 1984. Cet. VI.
9. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta Jakarta, 2009. Cet. IX.
10. Michael H. Hart, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, Edisi Indonesia: 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Pen: Ken Ndaru, M. Nurul Islam. Noura Books (PT. Mizan Publika) Jakarta, 2012. Cet. I.
11. Salim A. Fillah, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan. Pro-U Media Yogyakarta, 2007. Cet. XI.
12. Willy Wong & Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis. Visi Media Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here